oleh Akhmad Rozi
[caption id="" align="aligncenter" width="544" caption="Gb: missuniverse.com"][/caption]
Perhelatan kontes kecantikan dunia Miss Universe yang berlangsung di Credicard Hall di Sao Paulo, Brasil, berakhir mengejutkan. Pada acara puncak penentuan pemenang yang digelar pada 12 September 2011 malam waktu setempat, membuat jutaan pemirsa terbelalak. Pemirsa seolah tidak percaya dengan keputusan Dewan Juri yang memenangkan si Kulit legam, berbibir tebal, Leila Lopez, Â asal Anggola. Pemenang Miss acapkali dimenangkan oleh peserta berkulit putih. Peserta dari benua Amerika dan Eropa paling banyak mendominasi sebagai pemenang. Berbagai polling sebelumnya pun, sebagaimana dirilis Okezone (13/11), nama Olesia Stefanko, wanita kulit putih asal Ukraina banyak diunggulkan.
Keputusan ini mengejutkan! Bisa juga membuat kalang kabut. Biasanya, berbagai gaya, aksesoris, dan segala pernak-pernik di pentas Miss Universe akan menjadi referensi dalam berbagai penampilan di berbagai belahan dunia. Produsen alat-alat kecantikan, bisa mengambil keuntungan dari momen Miss Universe. Mereka bisa mendapatkan legitimasi: pentingnya konsumen menggunakan produk, untuk mencapai kondisi tubuh sebagaimana pemenang Miss Universe.
Selain menjadi barometer penampilan, Miss Universe menjadi ajang memikat bagi seorang. Indonesia sendiri meskipun keikutsertaanya dikecam habis-habisan oleh berbagai pihak di dalam negeri, menurut data Wikipedia Miss Universe (2011), sejak tahun 1974 sampai kini, termasuk yang cukup "istiqomah" sebagai pemasok peserta.
Bagi seseorang, ajang kontes kecantikan semacam Miss Universe bisa menjadi ajang memikat, tidak terbatas pada soal pengakuan, ketenaran juga hasrat hidup glamour dan bergelimang intan permata bisa diobsesikan di sana. Seorang gadis muslim Ukraina, Katya Koren, pun rela mempertaruhkan nyawanya demi mengikuti kontes kecantikan. Dibawah ketentuan hukum syariah, gadis berusia 19 tahun ini, Â dihukum mati dengan cara dilempari batu atau dirajam, karena ketahuan mengikuti kontes kecantikan. Namun, dalam perkembangan penyelidikan, polisi mengatakan kemungkinan diserang oleh teman sekelas yang tergila-gila padanya
Miss Universe sendiri pada awalnya merupakan sebuah kontes kecantikan yang dilakukan oleh Perusahan Pacific Mills untuk mempromosikan produk pakaian renang Catalina. Pesertanya pun masih cukup terbatas. Pada saat ini Miss Universe menjadi ajang dunia. Namun demikian semangat awal sebagai ajang promosi pakaian renang, masih tetap dipertahankan dan menjadi tahapan wajib bagi peserta untuk mengenakannya.
Dimenangkannya peserta dari Afrika memang cukup fenomenal kalau berkaca dari Miss Miss sebelumnya. Begitu jika dilihat dari pandangan umum soal kecantikan yang masih berkembang saat ini. Meskipun pandangan itu sendiri sebenarnya, lebih banyak diproduksi oleh para produsen alat kecantikan. Keputusan untuk memenangkan peserta dari bangsa Afrika saat ini, bukanlah sebuah perubahan konsep mendasar. Tampaknya ini sebuah strategi insedental, bisa dijadikan alat untuk menepis anggapan terhadapa Miss Universe yang Eropa sentris ataupun Amerika sentris. Tetapi tahapan-tahapan dan kualifikasi bagi pemenangnya tidak terlepas dari konsep awal, sebagai wadah penyediaan diri, ajang promosi pakaian terutama renang. Argumentasi yang dikaitkan dengan intelektualitas peserta, tidak begitu penting. Seseorang yang bisa tampil diajang dunia, tentu bukan perkara yang sulit, bila dihadapkan kepada wacana pluralisme ataupun humanisme sebagaimana ditanyakan oleh para dewan juri.
Antitesa definisi umum kecantikan terkait warna kulit sebenarnya sudah muncul di Benua Eropa. Gerakan eksotisme yang berkembang di eropa tidak saja bermotif melakukan dekonstruksi definisi kecantikan ataupun sebagai upaya perlawanan atas stereotif buruk terhadap warna kulit hitam.Tetapi gerakan ini juga membangun kesadaran terhadap bahaya dari eksploitasi tubuh oleh produk-produk kecantikan. Beberapa ungkapan atau semacam jargon yang bisa dikutip di sini yang seringkali dimunculkan oleh mereka antara lain: hitam itu eksotik, alamiah itu indah dan kosmetik itu rekayasa.
Di Indonesia sendiri, gerakan eksotisme belum ada geliatnya. Ada semacam anggapan bahwa dalam soal model dan kecantikan, Indonesia lebih eropa dari eropa itu sendiri, lebih amerika dari amerika itu sendiri. Soal produk kecantikan, dianggap sebagai "jamiatul samikna wathokna", merupakan pasar yang potensial bagi produk kecantikan. Konon ceritanya, substansi gerakan eksotisme pernah menjadi fenomenal di Indonesia, seperti yang dilukiskan oleh syair berikut: "Hitam manis, hitam manis. Yang hitam manis. Pandang tak jemu pandang tak jemu..., Paras mu cantik buah hati ku, ..dst (Lagu: Hitam Manis, oleh Irni Yusnita)Â Selamat berjoget
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H