Mohon tunggu...
Akhmad Rozi
Akhmad Rozi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bertutur sapa, berbagi pengetahuan. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Bedanya Panja Mafia Pemilu DPR dengan Pasar Burung

28 Juni 2011   19:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:05 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_116817" align="alignnone" width="680" caption="Pasar Burung (Gb: apakabarjogja/Widi Nugroho)"][/caption]

Sebelumnya saya telah menduga bahwa Panja Mafia Pemilu DPR pada akhirnya tidak akan segarang namanya, alias melempem. Namun demikian, saya tetap membayangkan ada sisi menarik yang setidaknya, enak untuk ditonton. Saya membayangkan, akan muncul pertanyaan-pertanyaan maut dari anggota Panja, sehingga yang ditanyai menjadi lemas terkapar: mengakui. Terbayang juga, akan ada kelucuan di sana sini, baik ulah maupun pernyataan dari anggota Panja. Seterusnya, suhu politik Panja akan turun sampai pada titik nol derajat. Saya menyebutnya, sebagai sebuah dagelan politik.

Bayangan saya di atas, berkaca pada Panja atau Pansus yang dibuat DPRterhadap kasus lain sebelumnya. Ternyata? Bayangan saya meleset. Sejak awal pun tak ada hal menarik yang membuat Panja enak untuk ditonton. Setidaknya sampai saat ini,belum ada sedikit “letupan” apapun yang sekiranya dapat mendongkrak Panja menjadi totontan yang memikat hati pemirsa.

Tampaknya, Panja tidak bisa memanfaatkan situasi. Padahal Mahfud MD sudah bersusah payah mem-blow up kasus ini sedemikian rupa sehingga tampak gegap gempita. Ada peluang bagi panja, untuk menggiringnya menjadi komoditas politik yang menarik. Dan bisa saja, meskipun kecil kemungkinannya, memulihkan citra DPR yang akhir-akhir ini didera berbagai isu negatif. Sepertinya, Panja sudah kehilangan momentum.

Memanglah bukan pertanyaan bodoh, bila menanyakan kepada seseorang yang dimintai keterangan yang jawabannya sudah dapat diketahui seratus persen. Siapapun dan di forum apapun pasti akan menjawab: tidak, bila ditanyakan apakah terlibat dalam sebuah kejahatan. Apalagi, bila yang ditanyai adalah orang yang pandai berkilah, lihai mencari celah hukun. Ajang “tanya jawab”, terasa datar dan sangat membosankan.

Panja Mafia Pemilu DPR, dirasa belum menyentuh substansi yang sebenarnya, masih berputar-putar di permukaan permasalahan. Selain membosankan, akan menguras energi, karena dibiarkan melebar kemana-mana. Bahkan soal-soal yang terkait dengan kondisi birokrasi yang kita semua paham keadannya, dijadikan biang keladi. Adanya Surat Palsu (Lontaran Arsyad Sanusi di Panja), terkait dengan teknis administrasi dan pembinaan aparatur di MK. Dan Mahfud MD, dituduh biang keroknya, karena dianggap tidak menguasai teknis administrasi dan tidak mampu melakukan pembinaan aparatur.

Hal yang bisa dicatat dari episode awal Panja Mafia Pemilu ini, selain bisa menyediakan diri sebagai forum untuk saling “berkicau” bagi pihak-pihak yang selama ini disebut-sebut diduga terlibat dalam rekayasa Surat MK Palsu, juga memunculkan tokoh-tokoh antagonis baru terhadap Mahfud MD. Sebelumnya ada Ruhut Sitompul yang getol menyerang Mahfud MD. Sampai soal almater pun, diserang habis-habisan oleh Ruhut Sitompul. Namun akhir-akhir ini, tampaknya ulah Si Poltak mulai mereda.

Tidak tahu akan bagaimana episode-episode berikutnya. Kabarnya, Panja akan melakukan konfrontir dengan berbagai pihak yang diduga terlibat ataupun terkait dengan Surat MK Palsu. Bisa saja ini akan menarik, bila Panja bisa mengelola dengan baik, hingga bongkahan-bongkahan mafia pemilu bisa terungkap secara gamblang, baik aktor intelektualnya sampai pemain lapangan. Bila Panja tidak dapat mengelolanya dengan baik, maka lagi-lagi hanya akan jadi forum untuk saling “berkicau”. Apa bedanya dengan pasar burung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun