*Re-Publish
September 4, 2013 at 4:31am
Berangkat dari fakta dan hati nurani tidak lebih mudah membangun sebuah opini publik yang berasal dari penyakit hati yang sudah kronis, siapapun bisa terseret arus ketidakberdayaan ini bak daun yang selalu berjatuhan kala musim gugur menyapa, menguning kering lalu hancur sehancur-hancurnya, bumi dan langitpun akhirnya menangis.
Betapa banyak manusia di dunia ini yang ingin menaiki anak tangga untuk menggapai langit akan tetapi sering kali mengabaikan bumi termenung sendiri di sudut sana dan terkadang kita lupa untuk sekedar turun menyapa dan merangkulnya, karena bagaimanapun juga kita semua sama dan berasal dariNya.
Jika melihat fenomena demi fenomena akhir-akhir ini begitu semakin memprihatinkan saja bahkan menyedihkan, mulai dari maraknya perbuatan anarkis, korupsi yang tak kunjung usai seperti ada lingkaran setan yang sistematis, sampai-sampai saya sempat bertanya pada diri ini, sampai kapan kita akan terus di bodohi, sampai kapan kita akan diperbudak oleh sistem dan sampai kapan kita akan menjadi bodoh.
Pada umumnya seseorang ketika menempuh jenjang pendidikan orientasinya adalah pekerjaan semata, lagi-lagi sistem membawa kita ke arah berpikir yang tujuannya material saja, padahal fungsi pendidikan apapun namanya seharusnya mengayakan pikiran, menjadikannya pandai berkomunikasi, diplomasi dan pandai membangun kesadaran guna Indonesia yang lebih baik, jadi seseorang yang telah lulus dari bangku sekolah bisa menjadi pribadi-pribadi mandiri, jujur dan berkarakter, bukankah ini yang sekarang dibutuhkan oleh negri yang katanya sudah lama merdeka !!!!!!
Sering kali kami berdiskusi dengan keluarga, saudara dan juga kakek yang latarbelakangnya adalah seorang birokrat murni pengabdi Negara, mereka juga  begitu prihatin melihat banyaknya kasus di negri ini, sistem yang sudah carut marut baik dari segi pendidikan, ekonomi, sosial, politik hingga masalah agama, semuanya mengalami hal yang sama yaitu kerusakan.
Sekarang ini hampir semua orang menyuarakan demokrasi, sekalipun banyak kerugian di dalamnya, pemilukada yang begitu besar pendanaanya mulai dari miliaran rupiah hingga mendekati triliunan, angka yang begitu memboroskan di tengah banyak faqir miskin dan masyarakatnya hidup di bawah garis ketidakberdayaan di tengah kebodohan yang mengitari mereka, belum lagi ditambah kerugian yang harus ditanggung negera akibat kisruh pilkada dan yang lebih di sayangkan lagi adalah jatuhnya korban jiwa.
Belum lagi sumber daya manusia yang kurang dimanfaatkan di negri yang kaya raya ini, kalau China saja bisa mengirimkan 5000 ribu calon kandidat Doktornya keluar negri dan wajib bekerja di dalam negri sebagai bentuk pengabdian dan pemanfaatan sumber daya manusia yang unggul, juga Amerika yang menjadi maju lantaran budaya membaca yang sudah mentradisi ratusan tahun silam, juga ada Iran yang mempunyai pengaruh di Asia karena syi’ahnya, Rusia maju karena komunisnya, Jepang bisa menjadi raksasa ekonomi dunia karena Shinto dan komitmennya, lalu Perancis maju karena fahamn sekulernya, seharusnya Indonesia bisa lebih maju karena banyaknya faktor yang mendukung baik dari manusia maupun hasil alamnya ditambah dengan kwantitas umat Islamnya., tapi hasilnya kita masih jauh jika dibandingkan dengan Negara tetangga apalagi Negara-negara lain pada umumnya.
Diperparah lagi dengan penghargaan terhadap para ilmuan saja masih kurang di negri ini, kalau Israel bisa maju lantaran banyak menghasilkan Doktornya hingga berjumlah ratusan pertahunnya dengan dukungan dari pemerintahnya, di susul Amerika, Mesir, lalu bagaimana dengan Indonesia, sudahkah ada target….???? Rasanya ini masih terlalu berat kalau orientasi sekolah saja ujung-ujungnya adalah komersial, ditambah lagi begitu tinggi biaya kampus apalagi mengambil program doktor saja hingga harus merogoh kocek ratusan juta rupiah. Menyedihkan
Hampir setiap hari kita perhatikan selalu saja ada berita heboh yang membuat kita bosan, seperti kisruh pilkada, perpecahan antar kelompok, rasa tidak aman, kebodohan merajalela dan fenomena pencalegan.
Yang jadi pertanyaannya adalah…..
- Mereka para caleg menyalonkan atas hasrat dan ambisi personal dan minta untuk dipilih masyarakat....
- Atau memang di Usung oleh masyrakat luas karena layak untuk di Pilih.....