Mohon tunggu...
Akhmat Suhaili
Akhmat Suhaili Mohon Tunggu... Guru - Guru

Olah raga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewujudkan Budaya Positif Melalui Restitusi

15 November 2022   10:04 Diperbarui: 15 November 2022   10:10 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latar Belakang

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, Pendidikan berarti menuntun kekuatan kodrat anak untuk dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Untuk dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan ini, KHD menjelaskan berbagai cara yang dapat dilakukan dalam mendidik anak  diantaranya adalah dengan melakukan pembelajaran yang berpihak pada anak yang berpondasi pada Pendidikan budi pekerti. Pembelajaran yang berpihak pada anak harus menerapkan nilai-nilai dan peran guru penggerak sehingga visi sekolah khususnya visi kelas dapat terwujud. Agar visi sekolah dan visi kelas terwujud dengan aman dan nyaman diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan penerapan budaya positif yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal.

Budaya positif sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan pembiasaan di sekolah yang berpihak pada siswa agar murid dapat tumbuh dan berkembang menjadi pelajar yang berprofil pelajar Pancasila. Untuk membangun budaya positif tersebut dibutuhkan lingkungan sekolah yang nyaman, aman dan kondusif untuk siswa sehingga siswa dapat belajar dengan tenang, penuh semangat dan menyenangkan. Siswa juga dapat mengembangkan potensinya dengan bebas dan menumbuhkan karakternya dengan baik. Budaya positif dapat tumbuh dari pembiasaan-pembiasaan positif yang dilakukan secara terus menerus sehingga akan tumbuh kedisiplinan siswa yang kuat yang berasal dari dalam dirinya (motivasi intrinsik). Salah satu cara untuk mewujudkan budaya positif di sekolah adalah dengan menanamkan karakter positif pada murid melalui penerapan disiplin positif dengan menggunakan restitusi. Restitusi ini adalah sebuah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalahnya dan membantu murid berpikir tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana harus memperlakukan orang lain.  Restitusi ini merupakan salah satu langkah yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di sekolah dan dikelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan sehingga budaya positif sekolah juga dapat lebih mudah terwujud.

Penerapan disiplin positif pada murid membutuhkan beberapa hal mendasar, yaitu (1) Perubahan paradigma stimulus respon menjadi teori kontrol, (2) Pemahaman konsep disiplin positif yang dihubungkan dengan tiga motivasi perilaku manusia, serta konsep motivasi internal dan eksternal, (3) Pemahaman tentang pentingnya memiliki keyakinan kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas, yang pada akhirnya akan menciptakan budaya positif, (4) Pemahaman bahwa setiap tindakan murid dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yang berbeda-beda dan agar menjadi individu yang selamat dan bahagia, kebutuhan dasar harus terpenuhi secara positf, (5) Pemahaman tentang lima posisi kontrol dan menerapkan disiplin restitusi di posisi Monitor dan Manajer agar dapat menciptakan lingkungan positif, aman, dan nyaman dan dapat menghasilkan murid-murid yang lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab. (6) Pemahaman dan menerapkan restitusi melalui tahapan dalam segitiga restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah agar menjadi murid merdeka.

Sebagai calon guru penggerak, saya ingin mewujudkan budaya positif di sekolah dengan menanamkan karakter positif pada murid melalui penerapan disiplin positif dengan menggunakan restitusi. Pendekatan Restitusi ini membantu murid dalam penerapan disiplin positif, penekanannya bukan hanya bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Seperti tujuan Pendidikan menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidik berperan untuk menuntun segala kekuatan kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, sebagai manusia atau anggota masyarakat. Tugas guru ada sebagai pamong yang menuntun, membimbing dan memfasilitasi anak agar dalam proses tumbuh dan kembangnya, anak tidak salah arah, dan bisa bebas mengembangkan potensi serta membentuk budi pekertinya dalam proses merdeka belajar yang berpihak pada murid.

TUJUAN 

Adapun tujuan penerapan budaya positif ini adalah:

1. Menerapkan Budaya Posistif di Kelas

2. Menumbuhkan karakter dari kesehariannya seperti : mandiri, tanggung jawab,  

    percaya diri, disiplin, salling menghormati, saling menghargai antar siswa, guru  

    untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

TOLOK UKUR KEBERHASILAN

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan dan untuk mengontrol kegiatan agar tetap terarah pada tujuan yang sudah ditetapkan, maka tolak ukur yang digunakan adalah sebagai berikut :

Rekan sejawat (guru BK), dapat menerapkan budaya positif dengan melaksanakan restitusi

Terbangunnya konsistensi dan persistensi dalam menjalankan budaya positif dengan restitusi

Sekolah mengintruksikan kepada wali kelas untuk melaksanakan budaya positif dengan restitusi.

DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Video budaya positif

2. Poster, aplikasi media sosial.

3. Orang Tua untuk menanamkan budaya positif di rumah dan akan berkolaborasi membahas 

    perkembangan murid.

4. Stakeholder (Kepala Sekolah dan Guru yang berperan sebagai Pamong dan panutan bagi

    murid serta seluruh warga sekolah bersama-sama mewujudkan budaya positif)

LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN 

Linimasa Tindakan atau Rancangan tindakan aksi nyata dalam mewujudkan disiplin positif di lingkungan sekolah sebagai implementasi materi budaya positif di kelas adalah sebagai berikut:

  • Melakukan perencanaan dengan menyampaikan kepada kepala sekolah terkait rancangan aksi  nyata yang akan dilaksanakan.   


  • Mensosialisasikan kepada kepala Sekolah dan guru-guru/ rekan sejawat tentang  pelaksanaan budaya positif dengan restitusi yang akan diterapkan di sekolah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi


  • Mensosialisasikan kegiatan kepada murid tentang budaya positif yang akan diwujudkan dengan menerapkan restitusi

Dok. pribadi
Dok. pribadi
  • Menerapkan pendekatan restitusi  dalam rangka mewujudkan budaya positif di sekolah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

 

  • Mengobservasi pelaksanaan penerapan aksi nyata di sekolah dengan berkolaborasi bersama guru/ rekan sejawat dan kepala sekolah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi


  • Menyusun rencana perbaikan di masa yang akan datang.
  • Melakukan pengimbasan terkait budaya positif dan implementasinya terhadap rekan sejawat di sekolah khususnya.

Dok. pribadi
Dok. pribadi


Dok. pribadi
Dok. pribadi


Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Pembelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan aksi nyata adalah pentingnya persiapan sebelum melakukan aksi. Segala bentuk kegiatan atau Tindakan yang akan dilakukan perlu adanya sebuah perencanaan dan sikap disiplin agar mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, Kerjasama/ kolaborasi menjadi bagian yang utama dalam mewujudkan transformasi budaya positif dalam sekolah.

Rankaian kegiatan aksi nyata modul 1.4 secara lengkap bisa di lihat dalam video pada link

https://youtu.be/KpmtYlt8wk0

Dok. pribadi
Dok. pribadi


Dan di unggah pada platform merdeka mengajar.

pmm-png-6373001580e89f1c6640b3b2.png
pmm-png-6373001580e89f1c6640b3b2.png


 :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun