Mohon tunggu...
Akhmat Rodikhin
Akhmat Rodikhin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa IAIN Pekalongan

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Kebijakan Socrates dalam Bidang Pendidikan

24 April 2021   13:00 Diperbarui: 24 April 2021   13:01 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pepatah lama mengatakan bahwa orang bodoh adalah orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, sedangkan orang yang bijaksana adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu. 

Dari pepatah tersebut dapat dijelaskan bahwa seorang yang bijaksana Ketika dia tahu bahwa dia tidak tahu maka dia akan berusaha untuk mencari tahu hal-hal yang tidak dia ketahui dengan cara belajar, literasi, diskusi dan instrospeksi diri. 

Socrates adalah seorang filsuf yang mencintai kebijaksanaan dan kebenaran bahkan ia mati dengan memegang teguh prinsip tersebut, salah satu kalimat Socrates yang paling terkenal adalah "The Only True Wisdom Is In Knowing You Know Nothing".

Socrates (470-400 SM), hidup di kota Athena yang saat itu menjadi salah satu peradaban serta pusat kebudayaan termaju di dunia. Dewa-dewa dijunjung tinggi oleh warga kota Athena, yang merupakan sekumpulan mitos yang sudah turun-temurun dari nenek moyang mereka. Socrates memulai filsafat dengan pengalaman sehari-hari serta kehidupan yang kongkret. Ia mendatangi masyarakat dan berdiskusi tentang filsafat, metode berfilsafat ini disebut dengan metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam.

Socrates menyebut dirinya filsuf, yang berarti orang yang mencintai kebijaksanaan. Berbeda dengan kaum sofis, yang berarti orang yang bijaksana dan berpengetahuan. Kaum sofis mengajarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat dengan bersyaratkan imbalan uang, kaum sofis mengajarkan ilmu pengetahuan menggunakan metode satu arah artinya mereka menegaskan dirinya yang paling tahu dan akan mengajarkan suatu pengetahuan. Bebeda dengan Socrates yang mengajarkan melalui metode dua arah, yangmana subjek-subjek yang ikut serta pada diskusi tersebut saling berbagi informasi  dan mencari kebenaran pengetahuan Bersama. Socrates menjunjung tinggi diskusi. Dalam disukusi tersebut Socrates memberikan pertanyaan-pertanyaan sehingga orang yang diajak berdiskusi dapat mengetahui lebih dalam terkait hal yang didiskusikan sehingga timbul suatu pemahaman yang komprehensif dan kebenaran pengetahuan yang diyakini. Selain itu pertanyaan yang diajukan oleh Socrates juga bermanfaat bagi para penentang, mereka mengakui kelemahan argument mereka karena mereka menyadari apa yang benar dan apa yang salah. Socrates menyadari bahwa yang ia pahami hanyalah sedikit. Dia tahu dia tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan dan alam semesta. Itulah sebabnya ia selalu mencari pengetahuan-pengetahuan baru untuk mengisi ketidak-tahuannya.

Menilik dari perbedaan gaya Socrates dan kaum sofis dapat kita ambil hikmah dalam pengimplementasian kebijaksanaan tersebut di ranah Pendidikan. Dewasa ini bukan masalah sistem pendidikan ataupun kebijakan pemerintah yang membuat pendidikan Indonesia banyak menghadapi masalah. Akan tetapi paradigma orang-orang terkait seperti guru, siswa dan masyarakat lainnya terhadap ilmu dan Pendidikan. Berkaca dari Socrates yang mengajarkan dengan prinsip bahwa dirinya tidak tahu apa-apa yangmana akan melahirkan suatu keinginan untuk terus belajar dan mencari ilmu sehingga setiap manusia termasuk guru dan siswa belajar karena keinginannya sendiri, hal ini akan lebih efektif dan memudahkan setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan dan pendidikan. Pada era milenial ini anak-anak sekolah dapat mengakses pengetahuan dari berbagai sumber. Melalui jeja. Oleh karena itu, guru tidak dapat serta merta mengajarkan suatu pengetahuan tekstual saja akan tetapi lebih baik jika memperbanyak berdiskusi dengan siswa karena pengetahuan selalu berkembang, dengan berdiskusi kita dapat melihat suatu pengetahuan tersebut dari berbagai sudut pandangan sehingga didapatkan pemahaman pengetahuan yang komprehensif.

System berdiskusi yang diterapkan Socrates terhadap muridnya membuatnya kedudukan guru dengan murid itu sama. Tidak ada penghalang antara guru dengan murid, karena pengajaran dilakukan dengan sistem dua arah. Tidak ada yang merasa lebih tahu satu sama lain, yang ada hanyalah saling mengkritisi pendapat masing-masing pihak. Seorang guru haruslah lebih bijaksana dari muridnya. Bijaksana disini bukan seperti kaum sofis yang menganggap dirinya pintar dan bijaksana. Namun seperti Socrates yang mencintai kebijaksanaan itu sendiri. Seorang guru, yang mencintai kebijaksanaan akan mengajarkan muridnya apa yang ia ketahui dan diyakini kebenarannya. Karena guru berdiskusi dengan muridnya, mereka sama-sama belajar dan saling mendapat pengetahuan yang baru, seperti seorang dosen yang menjadi fasilitator terhadap mahasiswanya. 

Dalam pengimplementasian di dunia Pendidikan khususnya bagi guru yang dituntut menjadi fasilitator pendidikan, ketika hendak mengajar guru tersebut harus mempersiapkan materi dan informasi yang relevan terkait topik yang dibahas sehingga guru tersebut dapat membimbing siswanya dalam proses belajar dan mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Seorang guru haruslah menjadi seorang yang mencintai kebijaksanaan, sehingga guru tersebut akan mengajarkan etika yang baik pada muridnya. Dia tidak menjadi seorang yang membual pengetahuan yang tidak diketahuinya, ataupun berbohong kepada muridnya. Karena mencintai bijaksana, seorang guru akan berlapang dada ketika menerima kritik saat dirinya salah dan menerima saran yang dapat membangun dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun guru harus tetap berwibawa dihadapan muridnya. Berbicara santun dengan menunjukkan sifat yang lebih dewasa dibanding muridnya sehingga guru tersebut dapat menjadi panutan yang baik oleh muridnya.


"Seseorang yang Bijaksana Adalah Orang yang Mengetahui Bahwa Dirinya Tidak Tahu" -Socrates

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun