kemaluanku tertinggal di kakus
kemaluanku tertinggal di kakus. mungkin sehabis bercinta semalam. sebelum ke kakus kulihat bibir tergeletak di bantal.gincunya tak ada lagi. baru setengah jalan belum tiba di tujuan. aku bergegas kembali ke kakus. aku lihat di lantai tak ada. begitupula di lubang toilet. hanya bibir tak bergincu. kemana kemaluanku? aku mengingat-ngingat. sebelum ke kakus kemaluanku masih ada. menggantung. aku lihat di dalam bak mandi, tak ada. ke mana kemaluanku? apakah menyusul ke kantor. tapi kakinya tak ada? tapi matanya tak ada. tapi telinganya tak ada? apakah dia tahu kantorku? atau ke kantor polisi melapor telah kehilanganku. Atau ke pengadilan mencari keadilan. atau malah jangan-jangan ke kejaksaan untuk menuntutku yang telah lupa sehabis mandi pagi dan masih kotor. atau menemui wakil rakyat. tapi kemaluanku tak punya mulut? apa bisa berbicara dengan kemaluan milik polisi, milik hakim, milik jaksa atau pun milik wakil rakyat. mana kemaluanku? apakah tersesat di jalan yang tidak lurus. aku masih di kakus. yang menyangka kemaluan tertinggal di kakus, tapi mungkin hilang di makan tikus. di kakus, aku memungut bibir tak bergincu dan meletakkannya kembali di atas bantal. sebagai pemikat menunggu kemaluanku pulang ke rumah dengan harapan yang belum pupus.
4 Juni 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H