Mohon tunggu...
Akhmad Zailani
Akhmad Zailani Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis/penulis

lelaki sederhana yang berusaha baik hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

DEMOKRASI CELANA DALAM (Protes Penyair Se Indonesia atas kondisi sekarang)

29 Mei 2014   15:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DEMOKRASI CELANA DALAM

kau mulai jenuh mengunyah hujan dari air mata demokrasi pagi-pagi sekali kau kibarkan celana dalam di lokalisasi tak hanya satu tapi beratus ratus celana dalam, dengan warna yang bervariasi padahal hari itu katanya pesta demokrasi tapi kau malah menelan ektasi lalu; berkibarlah ratusan celana dalam buruk milik para wanita tuna susila, berkibarkibar di sapu ijuk di atap wisma lokalisasi seakan ingin mengalahkan semaraknya bendera Parpol Imbauan 5 menit pilihan anda dalam bilik suara sangat menentukan masa depan bangsa keok dengan tuntutan perut; yang penting ada duitnya tak puas mengibarkan ratusan celana dalam buruk, kau juga mulai mengumpulkan kutang kutang usang yang bukan utang di dalam bilik kecil, kau juga sempat mengedor pintupintu wisma saat pintu dibuka kau mengambil celana dalam dan kutang di tepi ranjang padahal di dalam bilik 2 orang lagi asik bergoyang di dipan mana yang lebih penting; 5 menit di dalam bilik suara Pemilu atau 5 menit saat pencoblosan di dalam bilik bersama pelanggan? di bilik suara mencoblos dengan dengan bayaran murah plus janji palsu di ranjang lokalisasi dicoblos dengan bayaran yang lebih mahal plus bonus (ketika ranjang asik bergoyanggoyang, seorang politisi asik berpidato di layar televisi) detikdetik menjelang pencoblosan, ratusan wanita tuna susila terburu-buru antri di depan bilik suara, tak pakai celana dalam dan kutang 5 menit lagi pencoblosan suara ditutup, birahi perlu segera dituntaskan dicoblos dulu baru mencoblos sekalipun harga mencoblos lebih murah dari harga dicoblos suara rakyat diperlukan pada saatsaat tertentu kebutuhan perut dan di bawah perut diperlukan setiap saat apakah 5 menit di dalam bilik suara lebih menentukan daripada 1 menit ejakulasi di dalam kamar lokalisasi? Kau masih saja mengunyah air mata demokrasi menulisi sejarahsejarah yang kelam dari periode ke periode menghitung suram selama 5 menit dalam bilik suara tanpa memakai celana dalam dan kutang karena demokrasi telah mati Protes para Penyair Se Indonesia  melalui buku Antologi puisi -prosa Liris 50 Penyair Indonesia(penerbit Kendi Aksara- Bali) Antologi puisi -prosa Liris 50 Penyair Indonesia(penerbit Kendi Aksara- Bali)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun