KETIKA Capres 1 Prabowo melontarkan keinginannya agar Soeharto diangkat menjadi pahlawan nasional, sudah mulai terlihat, siapa “idola” sesungguhnya dari Prabowo, yaitu mertuanya sendiri,mantan presiden Soeharto. Bukan ayah Megawatie Soekarnoputri, mantan presiden Soekarno.Sekalipun sebelumnya,Prabowo seperti “menciplak” gaya Soekarno.Karena Prabowo sangat “berhutang budi” di masa kejayaan Soeharto saat menjadi presiden.
Atau bisa jadi,gaya Prabowo “meniru” gaya Soekarno sebagai “strategi politik” untuk mengalahkan Jokowi-JK, yang diusung PDIP.Karena “kekuatan PDIP” sejak dulu,di antaranya dukungan masyarakat yang masih fanatik dan mengidolakan mantan proklamator RI tersebut. Keinginan Prabowo itu makin memperjelas, bahwa Prabowo “lebih” ke Soeharto bila dibandingkan “ ke Soekarno”.
Sedangkan Capres Jokowi,jelas lebih “ke Soekarno”.Bukan hanya karena PDI-P dan Ibu Megawatie anak bung Karno, tapi bisa kita lihat dari dokumen visi misi dan kerja aksi keduanya. Yang berjudul JALAN PERUBAHAN UNTUK INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN dengan visi Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-Royong.
Secara singkat bisa kita tarik kesimpulan; Prabowo lebih “menciplak casing” dari Soekarno, sementara Jokowi-JK lebih kepada ajaran-ajaran Soekarno. Dari kejelasan garis ini nampaknya di balik kedua figur bila dikerucutkan akan menjadi pertarungan “Soekarno” Vs “Soeharto” (Soekarno yang diwakili Jokowi dan Soeharto diwakili Prabowo).Soekarno dari sipil, dan bahkan gelar pendidikan di depan nama pun sama yaitu Ir Joko Widodo dan Ir Soekarno. Lalu, kita juga bisa melihat, seperti pertarungan orde lama dengan orde baru. Sedangkan Prabowo, dengan latar belakang militer (sekalipun sudah dipecat di ketentaraan).
“Rasa Soekarno” pada pasangan Jokowi-Jk, bisa kita lihat di bagian dalam dokumen visi misi dan program aksi.Jokowi-JK memilih “jalan perubahan” sama dengan “jalan ideologis”, yaitu (yang secara historis) jalan ideologis itu bersumber pada 3 inti, yaitu Proklamasi, Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila 1 Juni 1945. Dari ke 3 inti tersebut, jelas sangat “berbau Soekarno”. Alasan Jokowi-JK,ke 3 nya menegaskan sebagai jati diri dan identitas kita sebagai sebuah bangsa yang merdeka dn berdaulat. Pembukaan UUD1945 dengan jelasmengamanatkan arah tujuan nasionaldari pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), untuk melindungan segenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Jokowi lebih (kembali) melalui jalan ideologi; Pancasila 1 Juni 1945 dan Trisakti.
Pancasila 1 Juni 1945 meletakkan dasar sekalgusmemberikan arah dalam membangun jiwa bangsa untuk menegakkan kembali, kedaulatan, martabat dan kebanggaan sebagai sebuah bangsa, menegaskan kembali fungsi publik negara, menggelorakan kembali harapan di tengah krisis sosial yang mendalam, menemukan jalan bagi masa depan bangsa dan meneguhkan kembali jiwagotong royong.
Selainkembali ke jalan ideologi Pancasila 1 Juni 1945,Jokowi juga “memakai jurus”Trisaksi.
“Triksakti memberikan pemahaman mengenai dasar untuk memulihkan harga diri bangsa dalam pergaulan antar bangsa-bangsa yang sederajatdan bermartabat, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan,’’ tulis Jokowi-JK dalam dokumen visi, misi dan program aksi Jokowi-JK.
Megawatie sebagai anak Soekarno tentu memiliki “pengalaman buruk” dengan Soeharto.Ayahnya sempat “disakiti” saat pemerintahan orde baru.*
baca juga;
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI