Mohon tunggu...
Akhmad Yaslim
Akhmad Yaslim Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Pengusaha, Desain Grafis

Suka nulis dari lulusan SMK, aktif komunitas milis semakin menambah ilmu, pengen kuliah double major

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

THR Bukan Lagi Tempat Seni

6 April 2010   12:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:57 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_112072" align="alignleft" width="220" caption="thr-surabaya.blogspot.com"][/caption] Sedih rasanya saat browsing di internet mencari tempat hiburan yang paling rame tempo dulu yang orang surabaya menyebutnya THR.ternyata hanya kudapatkan nama mall elektronik yang namanya THR padahal kepanjangan THR(Taman Hiburan Rakyat) . Sungguh di sayangkan kerena dari tujuan berdirinya THR untuk sarana tempat hiburan kota besar kala kolonial belanda,dalam masa kemerdekaan THR sangatlah  penting untuk mengelorakan perjuangan arek-arek surabaya lewat salah satu pentujukan seni yang bisa orang surabaya menyebutkan "ludrukan". Banyak gedung -gedung  untuk pertunjukan berbagai macam  kesenian jawa timur terdapat di komplek THR yang sangat luas.banyak tokoh seni yang lahir dari THR karena manggung di salah satu gedung seni,merekapun bangga akan THR Surabaya Suasana pengunjung maupun wisatawan yang datang dan haus hiburan tidak penah sepi,itu terjadi di semua gedung seni dan perkerja seni pun bisa makan setiap hari dengan cukup. Dulu,THR tidak pernah sepi pengujung dan tiketnya murah ,bahkan ada yang bilang kalau tidak melihat kesenian di THR itu berarti tidak ke surabaya."tutur tokoh seni yang lahir dari THR. namun kini keadaan berbalik 360 dejarat,sepinya pengunjung terlihat dari tidak terawatnya sarana dan gedung kesenian yang rusak.banyak kios penjual yang tutup lama ini terlihat dari gembok pintu yang berkarat. THR kini tersingkir oleh mall elektronik yang di kenal banyak kalangan masyarakat surabaya,terasa sedih orang pergi ke THR beli laptop bukan menonton ludruk. Bukankah THR pusat pekembang jati diri bangsa lewat seni yang harus di lestarikan bukan harus di hilangkan karena gaya hidup kota surabaya yang berkembang,karena sesungguhnya kota besar berkembangan harus secara menyeluruh. termasuk bersama  kesenian lokal yang penuh dengan makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun