Jumat (28/8) pagi Mas Mantri ke Sirau. Berangkatnya lewat Mejingklak-Tunjung Muli, pulangnya lewat Jingkang-Karang Jambu-Karang Reja.
Selepas belok di Mejingklak, ada pertigaan pertama. Kiri ke Balai Raksa, lurus Tunjung Muli-Kramat-Sirau. Di pertigaan Mas Mantri berhenti. Tanya kepada seorang wanita berkerudung ungu. Bukan kerudung merah.
"Mba maaf, jalur ke Sirau bisa dibantu?" tanyaku.
"Bapak nanti ikut saya saja, kebetulan searah dengan saya," jawab wanita yang mengaku janda dengan sopan sembari memutar motornya.
Mba kerudung ungu memacu motornya kencang. Mas Mantri yang mengekor motornya janda  harus  menyeimbangkan laju motornya. Pas setelah belok kiri, si kerudung ungu berhenti.Â
Mas Mantri menjejerkan motornya, lalu wanita itu menjelaskan  arah yang harus Mas Mantri lewati  "Mas ikuti jalan ini saja, lurus terus, naik terus. Kramat lurus terus," kata Mba Janda kerudung ungu.
Setelah berterima kasih, Mas Mantri menggerakkan motor, naik, menikung. Sebelum perempatan Kramat tampak didirikan Posko Oji-Zaini. Posko itu belum jadi dan ketika Mas Mantri lewat belum terlihat orang didalam pos, jadi Mas Mantri tidak mampir.
Jalan mulus Tunjung Muli- Kramat-Sirau membuat motor bisa melaju cepat. Namun Mas Mantri berjalan sedang-sedang saja agar bisa menikmati pemandangan indah di perbukitan Purbalingga.
Sembari uluk salam, Mas Mantri berniat potong rambut. Meskipun rambutnya belum panjang, sembari mencari berkah di hari Jumat,  rambut perlu dipangkas. "Mas kenalkan saya Pak Sujadi  dari Bobotsari. Boleh potong rambut?" kataku.
"Silahkan Pak. Dengan senang hati saya melayani bapak," jawab alumni SMK Mrebet yang memilih profesi tukang potong rambut atau pangkas rambut.