Artikel Untuk Media Kompasiana.com
Tahukah sahabat, menurut Habib Ahmad bin Novel Jindan selaku Pengasuh Pondok Pesantren di Tangerang mengatakan, sungguh perjalanan waktu itu sangatlah cepat sekali. Pasalnya, bulan Ramadhan yang lagi kita jalani ini, kini diambang kepergiannya. Selain itu, waktu yang saat ini telah kita lalui dengan segala keindahannya, kemuliaannya dan keagungannya, kini akan segera meninggalkan kita semua.
Begitulah aturan yang diterapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dimana segala sesuatunya itu ada permulaan dan juga akhir. Kemudian, manusia yang paling beruntung di dunia ini adalah yang paling bisa memanfaatkan waktunya di setiap saat, baik itu di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan.
Ramadhan yang akan meninggalkan kita akan menjadi satu diantara dua kemungkinan. Bisa jadi nih, Ramadhan akan menjadi Hujjah yang membantu kita untuk lebih dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan mempermudah di akhirat nanti. wal iyadzu billah menjadi Hujjah yang menjerumuskan kita kepada kemurkaan Allah SWT. Semoga Insha Allah kita semua termasuk ke dalam bagian yang pertama (Hujjah yang membantu kita lebih dekat dengan Allah).
Berbicara mengenai kapan waktu yang tepat untuk berlebaran, maka hal tersebut telah diajarkan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam di dalam hadistnya yang telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: "Berpuasalah kalian setelah terlihatnya hilal, dan berbukalah (berlebaran) setelah terlihatnya hilal". Inilah pedoman kita semua kaum Muslimin di manapun kita berada. Adapun ketentuan tentang masuknya 1 Syawal, sebagaimana tertuang pula pada edisi pertama di bulan yang mulia ini.
Setelah itu, kesempurnaan puasa Ramadhan yang kita laksanakan seperti diriwayatkan dari beberapa sahabat, diantaranya ada Sayyidina Jarir bin Abdullah dan Sayyidina Annas mengatakan bahwa pahala berpuasa seseorang di bulan Ramadhan tergantung antara langit dan bumi, sampai ditunaikannya zakat fitrah dari pribadi tersebut.
Dari riwayat diatas sudah jelas, bahwa puasa kita sangat tergantung dengan proses pengeluaran zakat fitrah yang tidak tercemarkan dengan hal-hal yang membatalkan zakat fitrah tersebut. Zakat yang diakui keabsahannya, sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah berupa bahan makanan pokok dalam hal ini beras sebanyak 3,5 liter. Jadi, jangan sampai kita melewatkan momentum baik ini ya!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H