Ada sebuah kursi yang empuk
Yang dirajut dari jalinan koalisi partai
Dengan anyaman banyak kepentingan
Dan cenderung selalu berbagi kekuasaan,
Nyamankah Bapak duduk disitu?
Sedangkan banyak rakyat masih berdiri,
Bahkan jinjit—terdesak dari sejengkal tanah
Yang semakin sempit, berjejal-jejalan
Betapa rakyat antri menunggu nasib baik!
Rakyat memilihmu bukan untuk duduk manis
Dan ongkang-ongkang kaki, tapi untuk kerja
Memikirkan harapan masa depan negeri ini
Bapak tentu tahu begitu banyak darah dan air mata
Tumpah demi memperjuangkan negeri ini
Rakyat rela berkorban jiwa raga, bahkan nyawa
: Perjuangan sampai tetes darah penghabisan!
Kursi kekuasaan itu memang empuk, tapi
Bapak jangan terlena dan hanya berpuas diri
Karena Bapak harus mau mendengar aspirasi rakyat
Wujudkan janji-janji manis yang sudah Bapak katakan
Pada saat kampanye di depan rakyat yang penuh harap
Jangan sekali-kali mengingkari janji karena itu amanat
Yang tentu harus tetap Bapak pegang erat-erat
Sebagai abdi rakyat tetapkan hati Bapak melayani rakyat
Kata-kata harus selalu selaras dengan tindak perbuatan
Silakan, ya silakan, Bapak duduk di kursi yang empuk itu
Tapi buktikan bahwa Bapak memang pantas duduk di situ!
Djakarta Theater, 7 Agustus 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H