Tadi malam, debat final Pilkada DKI digelar. Debat yang digelar KPUD Jakarta ini mengundang banyak perhatian warga. Tadi malam nyaris seluruh medsoslinimasanya berisikan seputar Pilkada DKI. Debat tadi malam bertemakan kesejahteraan penduduk terutama anak-anak dan perempuan, program untuk kaum disabilitas dan pemberantasan Narkoba. Debat dimoderatori oleh jurnalis senior Alfito Deannova. Ketiga Paslon hadir dan debat terakhir tadi malam berjalan cukup ‘panas’ dan seringkali riuh rendah pendukung terdengar.
Sorakan dan teriakan pendukung sudah terdengar sejak segmen pertama. Baru memasuki sesi pemaparan visi misi, Paslon nomor 1 Agus-Sylvi sudah menyerang pasangan Petahana Basuki-Djarot. Sontak ini mengundang perhatian, kokvisi-misinya menyerang lawan? Tidak adakah niatan dari Paslon 1 untuk beradu argumen seputaran program?
Paslon 3 pun tidak ketinggalan, mereka ikut menyerang secara frontal pasangan Petahana. Dari debat pertama, Paslon nomor 1 dan 3 tidak pernah lupa untuk menyerang Petahana. Sebenarnya tidak apa-apa menyerang dalam debat namun alangkah baiknya jika disertai data yang mendukung. Jangan seperti Paslon 1 dan 3 yang menyerang dengan data yang ngawur.Kesalahan data ditunjukkan oleh Sylvi, dia berkata tidak penah melihat kaum Disabilitas bekerja di PNS. Hal ini langsung dibantah Ahok dengan fakta bahwa ia pernah memberi kursi roda baru bagi PNS di Jakarta, tampak sekali Sylvi tidak pernah memperhatikan PNS kalangan bawah.
Lalu, Anies melakukan kesalahan dalam memahami koordinasi dan prosedural hukum. Anies beranggapan Narkoba menjadi sepenuhnya tanggung jawab Pemprov Padahal tidak, Pemprov bertanggung jawab dalam memberikan pendampingan dan memberikan failitas Rehabilitasi di Rumah Sakit. Hal ini diterangkan oleh Djarot Saiful Hidayat dan Anies pun memasang wajah sinis seakan-akan terpukul kalau dirinya salah dalam memaparkan suatu hal.
Tensi dalam debat kerap naik-turun, dan kembali naik saat Basuki-Djarot menanyakan bagaimana cara Anies-Sandi mewujudkan program mereka memberikan rumah dengan DP 0%, sedangkan ini menyalahi peraturan Menteri Kependudukan. Dari segi perbankan pun bermasalah, bank maksimal meminjamkan uang selama 15 tahun, sedangkan DP yang harus dibayar dapat memakan waktu pinjaman hingga 30 tahun (6 Periode Pemerintahan Gubernur). Jelas program ini mustahil dilaksanakan dari segi hukum dan perbankan.
Basuki-Djarot tanpa masalah yang berarti memaparkan program mereka seperti pembangunan RPTRA untuk melindungi Anak, KJP untuk pendidikan, penggalangan kegiatan PKK untuk para ibu dan perempuan, Â menyediakan fasilitas Rehabilitasi dan bekerjasama dengan BNN untuk mengatasi Narkoba, mendirikan Fasilitas Umum ramah disabilitas, membeli bus Transjakarta yang dapat dimiringkan untuk memudahkan kaum Difabel dan lain-lain. Petahana jelas unggul dari segi program dan metode komunikasi di atas panggung debat tadi malam.
Keunggulan Petahana menunjukkan merekalah Paslon yang paling siap memimpin Jakarta (lagi) selama 5 tahun kedepan, debat final tadi malam menunjukkan kesiapan program lebih penting dan mengena di hati rakyat Jakarta ketimbang mengutamakan menyerang Paslon lain tanpa disertai data yang akurat pula. Selamat berpesta demokrasi rakyat Jakarta dan ayo kita segera tentukan pilihan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H