Pilkada Jawa Tengah 2024 menjadi ajang perhelatan yang sangat penting untuk mengukur pengaruh politik Jokowi (Jokowi) khususnya di wilayah jawa tengah yang di kenal sebagai "kandang banteng" basis PDIP. Penelitian ini menganalisis tentang kekuatan pengaruh Jokowi berdasarkan komunikasi politik dan strategi kampanye yang diterapkan sebagai tokoh sentral Jokowi memainkan peran signifikan dalam menentukan arah dukungan pemilih, baik melalui dukungan langsung kepada calon Gubernur dan Wakil Gubernur maupun keterlibatan dalam kampanye.
 Studi ini menunjukan bahwa komunikasi politik Jokowi berbasis pada personal branding dan pendekatan yang secara langsung dekat dengan rakyat. Namun pengaruh simbolisnya kini mulai menghadapi tantangan darei dinamika lokal dan kekuatan partai politik lainnya, seperti Partai Gerindra yang mampu meraih dukungan kuat melalui strategi isu-isu lokal dan mobilisasi akar rumput. Data survei Litbang Kompas mencatat 43,9% responden di Jateng menganggap dukungan Jokowi signifikan, meskipun hasil elektoral menunjukkan hasil variasi yang di pengaruhi oleh faktor lain seperti efektifitas yang didukung mesin partai.
Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah 2024, nama presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi sorotan dalam konstelasi politik lokal. Sebagai tokoh yang lahir dan besar di Jawa Tengah, serta memulai karier politiknya sebagai Walikota Solo pada tahun 2005-2012. Jokowi memiliki akar kuat dan pengaruh yang tidak bisa abaikan di wilayah Jawa Tengah, popularitasnya yang masih tinggi dan juga di tambah track record kepemimpinan selama dua periode sebagai presiden, menjadi sosok sebagai factor penting yang dapat mempengaruhi preferensi pemilihan Pilkada Jawa Tengah 2024.
 Menariknya dinamika politik nasional yang menempatkan Jokowi dalam posisi unik dengan putranya yang maju sebagai wakil presiden dan kedekatanya dengan salah satu presiden terpilih 2024 turut memberikan dimensi baru terhadap pengaruhnya di kancah politik Jawa Tengah. Pertanyaan besar adalah seberapa besar efek atau pengaruh Jokowi masih berosonasi di tengah masyarakat di Jawa Tenga, terutama Ketika menghadapkan dengan berbagai isu lokal dan dinamika politik yang terus berkembang.
Efek Ekor Jas ( Coattail Effect ) Coattail effect adalah istilah yang merujuk pada suatu Tindakan yang menimbuilkan pengaruh terhadap tindakan lain pengaruh (ikutan), calon pemimpin yang diusung memiliki effect ekor jas terhadap elektabilitas suara pada partai pengusung (Yunus,2018). Menurut teori Coattail Effct Terhadap Kecenderungan bagi pemilih untuk memilih partrai atau koalisi partai yang mencalonkan presiden dan wakil presiden pilihanya ( Mukhtarrija, Handayani & Riwanto, 2017). Cottail effect tidak terlepas dari diselenghgarakanya pemilihan presiden dan wakil presiden yang bersamaan dengan pemilihan leggislatif. Edfek tersebut terjadi disaat pemilih memilih secara berurutan dan disaat pemilu di selenggarakan serentak lebih banyak pemilih yang memutusakan kandidat lokal terlebih dahulu sebelum memilih daftar partai (Rheault et al, 2020). Apabila pemilih memilih calon Anggota legislatif ytang menbgusung calon presiden dan wakil presiden yang dipilih maka disaaat mereka ter[pilih maka akan mengakibatkan sinergitas antara Eksekutif dan Anggota Deawan di Parlemen nantinya (Haris 2016).
Jawa Tengah selama ini di anggap sebagai kandang banteng, alias lumbung suara bagi PDIP. Apalagi setelah dua dekade wilayah itu di pimpin gubernur usungan partai banteng. Kepentingan PDIP berawal dari Mardiyanto-Ali Mufiz yang dipilih DPRD Jateng pasca-Reformasi (1998-2003 dan 2003-2008); dilanjutkan Bibit Waluyo (2008-2018); berikutnya Ganjar Pranowo (2013-2018 dan 2018-2023) yang terpilih melalui pilkada langsung. Namun pada Pilgub 2024, kendang banteng diobrak-abrik mesin politik KIM Plus (dan Jokowi) yang menyokong Ahmad Luthfi-Taj Yasin mengalahkan calon PDIP, Andika-Hendi. Jokowi disebut-sebut berhasrat mengikis pengaruh PDIP di Jateng guna menguasai lumbung suara besar di provinsi itu untuk kepentingan putranya, Gibran Rakabuming Raka, dalam menatap Pemilu 2029.
Ambisi Jokowi dari getolnya Presiden ke-7 RI itu turun gunung mendongkrak popularitas Luthfi. Selama kampanye, Jokowi menemani blusukan dan hadir di kampanye akbar Luthfi-Taj Yasin. Jokowilah yang sejak awal mendorong nama Luthfi kepada parpol untuk di usung sebagai cagub Jateng hingga akhirnya benar-benar meraih kemenangan tebal. Tak tanggung-tanggung, Luthfi di usung 9 parpol KIM sementara Andika hanya didukung PDIP.
Kemenangan pasangan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) 2024 menjadi sorotan berbagai pihak, terutama para pengamat politik. Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu contoh bagaimana dinamika politik lokal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk keterlibatan tokoh nasional seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi). Para pakar dari Universitas Diponegoro mengidentifikasi enam faktor utama yang berkontribusi pada kemenangan pasangan Luthfi-Yasin. Salah satu faktor tersebut adalah fenomena yang dikenal sebagai "Jokowi Effect."
Pengaruh Jokowi, sebagai seorang figur yang sangat populer di Jawa Tengah, dianggap memberikan dampak elektoral yang signifikan kepada pasangan calon yang didukung atau diasosiasikan dengannya. Selain itu, faktor-faktor lain seperti strategi kampanye yang efektif, koneksi dengan jaringan partai politik, serta kemampuan untuk menarik suara pemilih muda dan pemilih pemula turut memperkuat posisi pasangan ini. Dukungan Jokowi dianggap memberikan dorongan elektabilitas bagi para calon yang didukungnya. Popularitas Jokowi yang tinggi, terutama di wilayah Jawa Tengah, menjadikan dukungannya sebagai salah satu faktor penentu dalam Pilgub Jateng 2024. Namun, para pengamat juga menekankan bahwa keberhasilan pasangan Luthfi-Yasin tidak hanya bergantung pada pengaruh Jokowi semata, tetapi juga pada kemampuan mereka dalam memahami kebutuhan masyarakat Jawa Tengah dan merumuskan program-program yang relevan.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa dirinya tidak melakukan intervensi khusus dalam Pilgub Jateng 2024. Dalam sebuah wawancara, ia menegaskan bahwa kemenangan Luthfi-Yasin adalah hasil dari kerja keras tim kampanye mereka serta dukungan masyarakat Jawa Tengah. "Saya nggak ngapa-ngapain," ujar Jokowi, merujuk pada tuduhan bahwa ia memainkan peran langsung dalam kontestasi politik ini. Pada Pilkada serentak 2024, Jokowi secara terbuka mendukung 84 pasangan calon kepala daerah di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jawa Tengah. Dukungan ini diberikan melalui berbagai cara, seperti pernyataan publik, kunjungan ke daerah-daerah tertentu, serta interaksi dengan masyarakat yang secara implisit menunjukkan preferensinya. Meski demikian, tidak semua pasangan calon yang didukung Jokowi berhasil memenangkan kontestasi. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dari tokoh nasional meskipun signifikan, tetap harus didukung oleh faktor-faktor lokal seperti strategi kampanye, Partai Politik Pengusung dan hubungan dengan masyarakat.
Beberapa contoh foto maupun pernyataan dukungan atau memberi restu Jokowi terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati maupun pasangan calon Walikota dan Walikota dalam Pemilihan Kepala daerah 2024 di jawa tengah pada saaat masa kampanye.