Mohon tunggu...
Akhmad Mustaqim
Akhmad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa, penikmat kata, pekerja, dan selalu berusaha menjadi manusia bermanfaat.

Hobi membaca merangkai kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seminar Sastra Harlah Teater Awan MA Al Ittihad Poncokusumo Malang

17 Februari 2022   21:43 Diperbarui: 17 Februari 2022   22:05 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pemberian cinderamata: Putro/Akhmad/Badrus doc: Teater Awan Al-Ittihad

Materi yang disampaikan oleh: Akhmad Mustaqim, Seminar Kesusastraan[1] MA-Al-Ittihad Poncokusumo Kabupaten Malang, Waktu: 08.00-09.00 Wib. Lokasi di MWC NU Puncokusumo.


Persoalan sastra Indonesia ada  pada generasi, pendidik, dan media. Hari ini sangat penting dan perlu melakukan muhasabah. Sehingga dunia sastra akan menjadi menarik dan menyenangkan. Untuk mencapai semua tersebut agar maksimal yaitu meningkatkan tingkat baca (iqro), baca apapun  yang disukai, lalu meningkatkan literasi kita secara baik---untuk mencapai atau menyelesaikan beberapa masalah sendiri, dan sekeliling kita. Belajar itu, tidak lain dan tidak bukan ketika punya ilmu yaitu mampu menyelesaikan masalah-masalah sendiri, bekal ilmu itulah akan menemukan jalan.


Dunia sastra kita, sebenarnya tidak hanya bicara tentang teks yang memiliki nilai. Lepas dari itu semua harus bisa memenuhi apa yang memiliki dedikasi untuk memahami sastra secara luas. Karena sastra tidak hanya bicara mengenai teks melainkan juga pementasan dan bahasa. Damono (2021:55) mengatakan sastra memberi kekuasaan kita untuk berbuat "apa saja": mulai dari sekedar bermain-main dengan kata-kata sampai dengan memberi nasehat. Ini telah kita lakukan sejak kita ada, jauh sejak sebelum kita mengenal aksara[2].

Foto: Teater Awan Al-Itihad 
Foto: Teater Awan Al-Itihad 

Kita hari ini perlu menyadari bahwa dalam memikirkan sastra tidak hanya bicara tentang cinta, akan  tetapi bagaimana masyarakat sadar akan sastra dan bahasa tidak dapat dipungkiri menguasai tuk dimiliki oleh masyarakat---siswa, mahasiswa, pegiat sastra, dan penikmat sastra---bahwa sastra dan bahasa punya peran. Mari sadari kalau memang masyarakat kita perlu melestarikan budaya. Budaya ini diciptakan dari kebiasaan yang dilakukan sehari-hari kita, sehingga menjadi budaya sehari-hari sehingga diciptakan oleh masyarakat. Budaya tersebut memiliki nilai baik diterima oleh masyarakat secara luas.


Kesusastraan secara etimologi dalam bahasa Sansekerta yang sastra, berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman". Shastra berasal dari kata dasar sas-atau shaas-yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi dan tra yang berarti alat atau sarana.[3] Artinya, secara umum dan luas di sini, selain masyarakat memaknai bahwa  bercakap-cakap ini adalah kebiasaan masyarakat dilakukan secara luas akan menjadi budaya, maka apapun yang memiliki nilai atau pedoman keseharian-harian ini. Secara lisan maupun tulisan terkandung dalam dunia nyata dan dekat dengan realita.


Kehadiran budaya salah satunya merupakan kerja kesenian manusia yang dibentuk manusia dalam berkembang di sebuah sastra. Di masyarakat kita akan menghadirkan kebiasaan manusia untuk bisa melakukan secara terbiasa untuk bisa dilakukannya. Sehingga dunia pendidikan formal (dunia pendidikan) dan pendidikan non-formal (pesantren), melakukan praktik-praktik berkesenian. Salah satu contohnya wadah paling baik di dunia pendidikan wahad kebudayaan, bisa dilakukan oleh siswa dan mahasiswa.


Praktik-praktik ini bisa dilakukan oleh dunia pendidikan di kembangkan secara baik dan maksimal terus menerus oleh kita. Karena kita yang mampu membuka diri untuk bisa mempertahankan serta merawat. Sebab hanya dunia pendidikan punya kekuatan paling penting dalam kehidupan kita. Walaupun tidak dipungkiri selain itu ada para pegiat serta pembaca karya sastra akan menghidupi sekaligus melestarikan. Tidak mungkin kebudayaan berkembang secara baik dan bisa menjalankan kehidupan kalau pendidikan peran sentral di dalam kehidupan berkebudayaan. Mengapa sastra di masa lalu di zaman lalu kita sangat dikenal. Karena sastra ini akan hidup jika dunia pendidikan ini. Sehingga peran pendidikan di sini lebih kreativitas untuk mengembangkan kebudayaan secara kreatif.


 Di lingkungan sekolah selain peran seorang guru, khususnya  guru Bahasa Indonesia---yang sangat memiliki peran paling ideal untuk bisa aktif berperan untuk mendorong melakukan apresiasi sastra dan bahasa sangat penting dengan membaca buku sastra dan ekstra sastra atau berkesenian lainnya. Pada tahun 1945, seorang budayawan dan tokoh nasional, Ki Mangunsarkoro, menyampaikan sebuah perasaan yang berjudul "Pendidikan Kebudayaan dalam Masyarakat Sekolah"[4]  .... Pendidikan di sekolah itu ditunjukkan kepada waktu yang akan datang, dan oleh karenanya pendidikan kebudayaan ditunjukkan pada keadaan dan kemungkinan-kemungkinan di waktu yang akan datang. Kalau tidak, maka pendidikan itu adalah pendidikan yang salah masa dan akhirnya menimbulkan kekuatan anakronisme[5] yang mau tidak mau merupakan kekuatan destruktif[6] reaksioner di waktu yang akan datang.    

Foto bersama panitia Teater Awan Al-Itihad 
Foto bersama panitia Teater Awan Al-Itihad 

Di pesantren sangat memiliki peran aktif pula dalam dunia sastra dan bahasa. Salah satu contoh ini dapat diambil yaitu, pengambangan yang ada di Pondok Annuqoah[7] kesusastraan di sana sangat berkembang sangat baik dan bagus, pemilihan seorang sastra untuk ekstrakulikuler: deklamasi puisi, penulis sastra,  jurnalistik, dan teater. Kalau kita menyadari akan hal tersebut merupakan sebuah jalan untuk bisa mengmbangkan kreativitas diri, atau skill akan kesusastraan yang ada di dalam dunia sastra. sehingga dapat kita cermati santri-sasntri yang alumni di sana banyak menyukai bahkan melakukan praktik-praktik di masyarakat luas di dunia kampus dan luar memiliki peran sangat baik di dunia kesusastraan.
Dalam hal sastra peran paling sentral yaitu bahasa, entah bahasa secara lisan maupun tulisan. Sehingga kalau kita perhatikan secara ilmiah. Peran bahasa dalam kehidupan sangat sentral, maka bahasa merupakan bentuk paling penting. Sehingga dunia pendidikan praktik-praktik mengarah ke dalam bahasa akan bisa melakukan kehidupan yang kental di kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun