Katakan: Wow, kamu sangat marah padanya. Apa yang membuatmu semarah ini? Dengarkan curahan emosi kemarahannya setelah itu.
Contoh: Saya gak ingin punya adik! Saya gak mau dia ada disini!
Alih-alih: Loo, gak boleh nak ngomong seperti itu. Nanti adiknya diambil orang lo, kan kasian adiknya. Lihat temenmu kan banyak yang punya adik.
Katakan: Bunda mengerti. Beda ya sekarang, padahal dulu bunda sering ngelonin kakak. Segalanya memang terasa sangat berbeda ya sekarang. Tau nggak, bunda juga terkadang sering merasa kayak kamu lo!
Waktunya Campur Tangan
Kapan waktu yang tepat untuk memasuki area konflik antara saudara kandung? Saya paham bahwa konflik anak sangat beragam, tidak hanya seperti yang saya tuliskan di atas.Â
Tidak jarang konflik antar anak berujung pada kekerasan fisik atau pelecehan verbal-emosional. Saat-saat seperti itulah penting bagi kita untuk dengan cepat masuk dan campur tangan memisahkan keduanya.
Yang perlu digarisbawahi adalah batasan antara kekerasan dengan hanya kemarahan atau emosional biasa. Cirinya biasanya ditandakan dengan intonasi suara meninggi diantara keduanya. Maka, masuklah dalam konflik, melerainya dan mulailah bertanya:
Bisakah kalian memberitahu bunda tentang apa yang terjadi di sini?
Apakah kalian perlu bantuan?
Sejatinya, anak-anak adalah manusia yang cukup cakap memecahkan masalah, bahkan pada level anak usia dini. Anggap saja mereka berdua memilki ide bagus untuk diberi bantuan melaksanakannya.
Analogi Gunung Es
Kata-kata dan perilaku anak-anak hanyalah puncak gunung es. Pertengkaran merupakan salah satu perilaku yang mudah terlihat dari puncak gunung tersebut.Â