Kesehatan dan kecakapan emosi adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia yang berhasil adalah manusia yang mampu menyeimbangkan tekanan internal dan eksternal. Tingkat keberhasilannya adalah mengambil keputusan yang konstruktif dan tidak merugikan dirinya (internal) dan juga lingkungan sekitarnya (eksternal).
Bagaimana caranya?
Jika melihat kasus di atas, seorang anak tanpa ragu memukul ibunya di depan umum, saya tidak hendak ikut mengadili anak tersebut sebagai anak nakal atau bahkan terburu-buru melabeli orangtuanya sebagai orangtua yang tidak cakap. Saya lebih suka menerka dengan pertanyaan, mengapa seorang anak berani melakukan tindakan tersebut?
Terdapat banyak kemungkinan, mulai dari urutan kelahiran dan kemungkinan sebagai anak tunggal, atau terdapat dua pengasuhan berbeda (juga diasuh oleh kakek-neneknya), sampai pada kurangnya pemahaman orangtua tentang emosi anak dan bagaimana mengelolanya. Saya lebih suka menerka yang terakhir sebagai kemungkinan utamanya. Terus apa yang harus dilakukan jika anak sedang marah?
Perlu diketahui, bahwa marah adalah satu di antara beberapa (ada yang mengakatakan 6 ada yang 8) emosi dasar manusia. Jadi jika kita hanya berkonsentrasi pada satu jenis emosi saja, maka kecakapan anak menguasai dirinya tidak akan sebaik jika jika mengenalkan kesemuanya pada mereka, terlebih membiasakan dengan berbagai cara mengontrolnya.
Ajaklah anak-anak untuk berbicara saat mereka tenang tentang emosi-emosi yang telah mereka ekspresikan setiap harinya. Misalnya pertanyaan "Mas tau gak kenapa tadi mas memukul bunda?" Biarkan mereka menjawab dan menjelaskan.
Saat mereka menjelaskan apa yang mereka alami, kita telah masuk pada sesi kedua, yaitu memberikan pemahaman tentang jenis emosi dan apa yang mereka rasakan saat emosi tersebut muncul. Pastikan anak-anak memahami dan menginternalisasikan obrolan tersebut dengan kembali mengulangi pertanyaan "Jadi kalau mas lagi sedih, itu seperti apa?"
Pemahaman tentang jenis emosi tersebut penting untuk antisipasi awal bagaimana anak-anak dapat mengendalikan emosinya. Berikan latihan strategi ketika mereka kembali berhadapan dengan emosi-emosi tersebut. Misalnya menarik nafas dalam-dalam saat mereka mulai merasakan kemarahan. Menahan beberapa detik sebelum bertindak, mencari objek (benda) untuk ekspresi kemarahan atau teknik yang lainnya.
Kita juga bisa menggunakan teknologi seperti video youtube atau film yang mengajarkan anak-anak untuk mengekspresikan emosinya secara konstruktif, tentu dukungan dan dampingan orangtua adalah hal utama.
Yang perlu diingat