Jika kita bersepakat dengan itu, artinya kita wajib menjadikan pengasuhan sebagai taman belajar bagi anak-anak kita untuk mendapatkan kecakapan tersebut.
Menilik laman casel.org, kemampuan sosial-emosional nyatanya dapat diajarkan dengan mengidentifikasi lima kompetensi dasarnya. Mulai dari bagaimana mengajarkan anak untuk dapat mengidentifikasikan emosinya, lalu mengaturnya. Bahwa marah, senang, sedih, terkejut, takut dan nikmat itu memang ada dan dimiliki semua manusia.Â
Masalahnya adalah apakah anak kita tahu bahwa mereka sedang marah (identifikasi)? Apa yang harus mereka laukan ketika marah (kontrol)? Jadi, alih-alih balik memarahi mereka saat mereka melampiaskan kemarahannya, harusnya kita justru membimbing mereka untuk mengidentifikasi kemarahan tersebut.
Apakah mengidentifikasi dan mengontrol saja cukup, menilik laman casel.org, masih terdapat tiga kecakapan lagi yang harus dikuasai anak menuju kesehatan sosial-emosional.Â
Langkah ketiga adalah kemampuan memahami lingkungan sosial. Ajarkan anak-anak sejak dini untuk memahami etika dan norma sosial, tujuannya adalah mengenali sumber daya dan dukungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pemahaman tentang konteks lingkungan sosial sangatlah penting bagi kontrol emosi.Â
Mengekspresikan emosi adalah wajib, namun mengganggu orang di sekitarnya itu adalah masalah. Tengok saja bagaimana kelakuan pemuda yang merusak sepeda motor saat ditilang. Bukan saja gagal mengontrol emosi yang berakibat buruk pada dirinya, kelakuan tersebut malah menimbulkan dampak sosial yang merugikan.
Pemahaman akan lingkungan sosial sangat berguna untuk kecekapan keempat yang bisa kita ajarkan pada anak untuk perkembangan emosinya, yaitu kecakapan membangun hubungan dengan orang lain.Â
Kemampuan keempat ini meliputi bagaimana anak mampu berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan dengan baik, bekerja sama dengan orang lain, melawan tekanan sosial yang tidak pantas, menegosiasikan konflik secara konstruktif, dan mencari dan menawarkan bantuan ketika dibutuhkan.
Empat kecakapan tersebut di atas merupakan pondasi bagi kecakapan terakhir yang menentukan kesehatan dan kecakapan emosional anak sepanjang hidupnya, yaitu kemampuan untuk mengampil keputusan yang bertanggung jawab.Â
Jika setiap detik kita dihadapkan dengan berbagai macam pilihan, maka kemampuan kita untuk memilah dan memilihnya adalah kunci kehidupan.Â
Identifikasi dan kontrol diri dibutuhkan untuk membimbing anak mengendalikan dorongan internalnya, sedangkan kesadaran sosial dan kemampuan menjalin hubungan digunakan untuk mengontrol tekanan sosial.Â