Menulis merupakan sebuah kegiatan yang membutuhkan penguasaan khusus. Menulis seringkali dilakukan oleh kita dimulai sejak masuk pendidikan formal tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Proses setiap orang dalam menulis tentu berbeda-beda sebab menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan kebiasaan yang terus dilakukan oleh setiap orang yang mempunyai minat dalam menulis.
Bahkan seorang tokoh sastrawan dan aktivis yaitu Wiji Thukul mengatakan “Jika aku menulis dilarang, aku akan menulis dengan tetes darah!”. Melalui perkataan itu kemudian seorang Wiji Thukul meskipun sudah meninggal dunia namun karyanya tetap dikenal banyak orang. Jika orang sudah melakukan kegiatan menulis maka tulisan yang dihasilkan akan menjadi bahan bacaan yang disebut dengan karya tulis. Ada banyak karya tulis yang sering dihasilkan diantaranya yaitu opini.
Apa itu opini? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa opini merupakan pendapat, pikiran dan pendirian. Itu berarti opini merupakan sikap yang dilakukan oleh setiap orang atau kelompok terhadap suatu pembahasan tertentu. Opini dapat disampaikan baik berupa lisan dan tulisan. Dalam tulisan ini, sedikit aka dibahas bagaimana kita menemukan konsep dalam menulis opini. Tulisan berupa opini bersifat subyektif. Yaitu ciri khas tulisan akan terlihat melalui latar belakang penulisnya.
Namun, tulisan opini memiliki pengaruh yang kuat dengan tujuan yaitu membangun kesadaran pembaca secara penuh melalui ruang-ruang publik. Ruang-ruang publik dapat berarti media online, sosial media, media cetak dan media elektronik. Ada banyak jenis opini yang setiap hari kita temukan di media. Baik yang sifatnya melakukan provokasi, ajakan kebaikan dan sebagainya hal tersebut memang tidak bisa kita hindarkan sebab sekali lagi opini ditulis dengan latar belakang penulis itu sendiri.
Oleh sebab itu kita dituntut untuk cerdas dalam menulis opini karena opini yang ditulis dengan baik akan mendapatkan tanggapan yang baik juga dari pembaca sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan penuh pemahaman. Berikut merupakan persiapan dalam menulis opini:
- Peka terhadap realitas (kenyataan) dan akses informasi serta pengetahuan,
- Memiliki ide-ide dan gagasan
- Mempersiapkan data dan referensi yang akurat
- Membuat peta konsep ide (batasan permasalahan dalam tulisan)
- Memiliki pengetahuan mengenai ide media massa.
Setelah melakukan persiapan diatas, tentu kita harus melanjutkan langkah dalam teknis menulis. Adapun kita hendaknya mengetahui bentuk (anatomi) sebuah tulisan opini, yaitu sebagai berikut:
- Judul
- Pendahuluan (latar belakang)
- Pembahasan (ide-ide, argumentasi, data dan referensi)
- Penutup (solusi, kesimpulan dan saran).
Tulisan opini tidak harus diakhiri dengan sebuah solusi bisa juga berupa saran atau kesimpulan. Tentu ketika opini selesai ditulis, kita ingin tulisan yang dibuat tersebut bisa dibaca oleh banyak orang. Banyak cara yang bisa kita lakukan agar opini kita dapat dibaca, saat ini media sosial memungkinkan kita untuk membagikan tulisan opini sehingga mudah diakses dengan mempertimbangkan tujuan tulisan opini. Bagaimana, apakah anda tertarik untuk menulis opini (pendapat)? Ya, mulai dari sekarang mari menulis, menulis dan menulis.
*Penulis merupakan Ketua II Bidang Eksternal Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kutai Kartanegara Masa Khidmat 2016-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H