Saat masuk ke dalam kelas, mula-mula saya terlebih dahulu melakukan tes diagnostik. Dalam istilah lain disebut juga dengan asesmen diagnostik. Hal ini bertujuan untuk melihat kemampuan, minat dan gaya belajar siswa sebelum benar-benar memasuki sebuah pokok materi pelajaran tertentu.Â
Biasanya saya memanfaatkan fasilitas situs online yang gratis, seperti google form untuk membuat sebuah tes diagnostik baik berupa angket dan sebagainya. Saya sendiri menggunakan instrumen sederhana berupa angket agar lebih mudah mendapatkan data karakteristik siswa di kelas yang akan saya ajar.
Saat saya menerapkan strategi ini, di kelas yang menjadi lokasi praktik mengajar memiliki karakteristik gaya belajar yang cenderung lebih banyak visual. Meskipun di sisi lain, ada beberapa siswa punya gaya belajar mendengarkan (auditory). Lalu apa yang saya lakukan setelah mendapatkan beberapa data tersebut?
Selanjutnya, hal yang saya lakukan adalah membuat sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk satu topik pertemuan kebetulan pada saat pendidikan ini mata pelajaran yang saya ampu yaitu pendidikan Bahasa Inggris. Di dalam Kurikulum Merdeka kini istilah RPP jarang sekali di dengar, kami sebagai mahasiswa PPG suka menyebutnya dengan Modul Ajar. Hasil tes diagnostik yang sudah dilakukan sebelumnya, menjadi dasar saya dalam merancang sebuah RPP/Modul Ajar yang menarik.
Dalam praktiknya, saya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah atau bahasa kerennya problem based learning dengan metode pembelajaran tanya jawab dan diskusi kelompok. Di dalam perencanaan pembelajaran juga saya sudah memasukkan beberapa konten dan bahan ajar yang sesuai minat dan gaya belajar mereka.Â
Dalam hal ini, saya merancang media ajar berupa power point slide hingga video pembelajaran yang wajib ada setiap masuk ke kelas. Beserta fasilitas pendukung seperti bluetooth speaker dan LCD proyektor untuk menampilkan video dan gambar. Mengapa hal ini menjadi wajib? Sebab saya sudah mempelajari gaya dan minat belajar siswa di kelas tersebut sangat menyukai gaya belajar yang audio-visual.
Memulai pembelajaran saya selalu menanyakan kondisi dan kesiapan belajar mereka serta setiap kali pertemuan saya selalu menyiapkan sebuah games ice breaking sederhana di kelas untuk membuat suasana semakin terasa nyaman belajar. Sebab, tak jarang banyak siswa yang mengantuk saat pembelajaran karena tidak sesuai dengan ekspektasi yang mereka harapkan.
Saat masuk ke dalam materi inti, saya membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil berdasarkan minat belajar mereka. Beberapa diantaranya saya siapkan sebuah tayangan video yang akan memantik pertanyaan kritis mereka tentu berkaitan dengan pokok bahasan yang dipelajari. Beberapa yang lain hanya cukup mendengarkan suara dari sebuah video pembelajaran. Dengan begitu car a belajar mereka terfasilitasi dengan baik.Â
Bagaimana cara mengukur keberhasilan belajar siswa dengan Kurikulum Merdeka ini?
Ada banyak cara penilaian atau asesmen yang dapat kita lakukan untuk mengukur seberapa maksimal capaian pembelajaran yang sudah kita rancang dalam RPP/Modul Ajar.Â