Gus Dur sebenarnya mengingatkan kepada kita semua agar mengkaji islam secara metodologis dan komprehensif. Selain itu, seseorang agar bisa membersihkan hati dan pikirannya agar tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain yang berbeda pendapat. Sebagai suatu langkah untuk menjadi Muslim yang toleran. Meskipun sebelumnya Gus Dur juga mengakui dirinya pernah mengikuti gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) di Jombang pada tahun 50-an. Namun setelah beliau melihat perselingkuhan Ikhwanul Muslimin dengan ideologi radikal dan setelah mendalami Nasionalisme Arab di Mesir tahun 60-an dan Sosialisme Arab di Baghdad, maka Gus Dur menyadari sepenuhnya bahwa islam sebagai jalan hidup yang saling belajar dan saling mengambil dari berbagai ideologi non-agama serta berbagai pandangan agama-agama lainnya. Â
Akhirnya Gus Dur mengemukakan bahwa umat islam sudah semestinya mengadakan penafsiran baru (reinterpretasi) terhadap ajaran-ajaran agama yang telah diselewengkan oleh kelompok radikal guna me-legal-kan kekerasan. Penafsiran dalam artian kita diajak untuk membaca lalu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang diperbuat sebelumnya. Sebab islam adalah agama yang penuh kedamaian bukan kekerasan. Hal itu dibuktikan masuknya islam di Indonesia dengan penyebaran yang penuh toleransi dan kebaikan. (*am)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H