Mohon tunggu...
Humaniora

Lisan Zaman Sekarang

3 Maret 2018   23:16 Diperbarui: 3 Maret 2018   23:37 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lisan atau lambe dalam bahasa Jawa merupakan hal yang sensitif bagi hidup setiap insan dalam kehidupannya. Dia mampu memproduksi kata kata yang akan mengirimkan makna. Makna yang nantinya akan diterima oleh insan insan yang mendengarkannya.

Jaman now menjadi jaman yang mungkin cenderung cepat berpaling atau berubah dengan banjir bandangnya informasi yang ada. Hati ini pun mulai resah ketika insan era sekarang seakan hanya sekedar mencari kenyamanan dengan berlindung dibalik kata kata dengan intensitas ego yang mendominasi secara membabi buta. Detik ini berkata A detik selanjutnya berganti dengan Kapital yang lainnya.

Disini prinsip seakan menjadi murah dan konsistensi entah ada dimana. Bahan pembicaraan seakan diarahkan dengan kondisi partisipan yang ada pada saat pembicaraan sedang dilangsungkan. Yang terjadi adalah bahan pembicaraan amat sering membicarakan pribadi orang orang yang tidak hadir dalam formasi pembicaraan itu. Bisa dibilang ngrasani atau menggibah dengan skema berjamaah.

Rasanya ingin segera pergi meninggalkan namun itu semua adalah rekan dengan keakraban yang bukan baru. Namun. Ini semua seakan menjadi hal biasa yang terjadi. Lidah lidah itu seakan lihai dalam merangkai kata kata. Makna pun tertransaksi bebas disana.

Kadang terpikirkan wajah orang orang yang sedang menjadi bahan pembicaraan dan kadang pun terbayang sosok diri ini jika berada diposisi kan seperti dia yang sedang menjadi bahan pembicaraan. Entah apa ini semua akan menjadi budaya tradisi yang terus menjadi. Aku berharap tidak, cukuplah digenerasi ini membicarakan keburukan orang lain menjadi nyaman. Biarkan generasi selanjutnya mampu mengolah lidahnya dengan hati yang mereka punya.

Damai itu indah saling mengingatkan pun juga beresensi berkah. Membicarakan keburukan kawan kita tentu tak akan membuatnya berubah. Yang ada akan menjadi bahan empuk dan mampu menjadi episode episode yang mungkin akan berlipat kedepannya. Jaga lisan untuk kemuliaan sesama. Dan saling mengingatkan akan menjadi hal yang akan sangat dirindukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun