Mohon tunggu...
Akhmad Khoirul Fahmi
Akhmad Khoirul Fahmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar, pengelola Pondok Pesantren, suka menulis. Saat ini fokus ke sejarah ulama-ulama, manajemen pesantren dan lingkungan hidup

Bismillahirrohmanirrohim....Alhamdulillah........La Khaula wala quwwata illa billah

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI Patut Disuspenss FIFA!!

28 Desember 2011   08:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:39 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya jadi mahfum kenapa, Mbah buyut saya melarang bermain bola di depan rumahnya. Ya inilah permainan yang sesungguhnya bisa menjadikan orang sportif dan kompak, akan tetapi yang lahir adalah saling tipu-tipu dan menusuk.

Catatan lain dari persoalan kekisruhan PSSI, tentu masih sangat banyak. Dari mental pemain Timnas yang menurut Peter White mental bayaran, hingga ulah supporter merusak atau gak ada suporternya yang sepi penonton hingga anggaran duit APBD. Membentuk klub bola professional tentu butuh dana besar, kira-kira minimal angka 15 Milyar untuk bertahan sebagai professional. Tentu hanya orang yang gila bola yang mau membelanjakan uang segitu besar untuk membentuk tim professional. Rasanya, untuk hanya berharap dari pengembalian sponsor, penjualan merchandise, jual beli pemain dan tiket pertandingan, serta hal-hal lain yang bisa dibisniskan, sepakbola kita masih jauh dari criteria bisnis bola akan menguntungkan.

Tetapi mengapa orang ramai-ramai buat klub professional? Darimanakah dana-nya? Dan terakhir, kapankah Garuda bisa terbang tinggi di pentas sepakbola dunia. Rasanya kita masih membanggakan sukses Ramang Cs tahun 1956 ketika menahan Uni Soviet pada Olimpiade Melbourne. Prestasi lebih dari kiranya belum diraih. Level kita masih Asia Tenggara. Akan tetapi, potensi kita terutama adalah publik bola yang luar bisa fanatik, walaupun fanatisme ini belum dikelola menjadi sebuah industry bola yang lebih baik sehingga menimbulkan multiper effect yang baik.

Hal inilah yang kiranya banyak diperebutkan para pengurus PSSI. Hanya melihat antuasiasme public bola, bukan mengelola publik menjadi komunitas yang cerdas. Sesungguhnya upaya mengelola publik bola menjadi komunitas yang lebih tertata mulai ada contohnya, misal apa yang dilakukan Aremania. Sayang Pengurus Arema juga terseret-seret ke persoalan kisruh ini.

Masih banyak sederet persoalan yang bisa panjang untuk ditulis. Dan sekarang kuncinya ada pada para pengurus bola, baik yang sedang memiliki kedudukan (PSSI) maupun para seterunya, yang sesungguhnya mereka bisa eksis karena bola Indonesia juga. Jika terus ber-kisruh dan saling menyandera, maka mungkin inilah puncak persoalan Bola Indonesia. Saya berharap ini sudah puncak, sebab diandaikan malam gelap gulita, maka sebentar lagi fajar menyingsing.

Namun, untuk mencapai fajar, jika diperlukan upaya konsolidasi diri dalam temaram kabut malam yang dingin. Dan praktisnya, lebih baik kita disuspenss saja sama FIFA. Hal ini sebagai upaya konsolidasi dan perenungan diri.

Dan buat para bos-bos yang gila bola dan punya duit banyak, mending beli klub di Australia, Jepang, Korsel atau China. Atau bisa juga di Eropa kalau mampu. Ambil Pemain Indonesia yang masih muda, nanti Suspenss selesai kiranya sudah punya pemain-pemain hebat dan terbiasa dalam kompetisi yang ketat, disiplin dan lebih mengindahkan aturan, dibandingkan jika bermain di dalam negeri, selama belum tertata dengan baik.

Kita sudah berada di kegelapan pekat, menunggu fajar menyingsing. Hanya saja, apakah setelah terbit fajar kemudian sudah membawa kesadaran baru, ataukah hal lain yang lebih pekat lagi dalam kegelapan justru ketika kesadaran akan kegelapan itu terjadi.

Untuk itu, marilah rentangan tangan dalam kegelapan ini untuk konsolidasi diri untuk Bola Indonesia. Tentu, semangat bahwa sepakbola adalah alat perjuangan harus dimaknai prestasi dan profesionalisme. Bukan perjuangan saling menyandera atau melemparkan tanggungjawab.

Waallahu alam Bisshowab.

Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun