Membahas Adat Keberagaman Budaya Di Indonesia (Halal Bihalal)
 Tradisi maaf-memaafkan untuk merayakan setalag lebaran Idul Fitri ternyata merupakan ide yang berasal dari Indonesia. Menariknya, ide ini memiliki tujuan untuk memperbaiki hubungan  karena kerukunan nasional di Indonesia di masa lalu. Artinya, awalnya halal-bihalal hanya diterapkan di Indonesia, namun sedikit demi sedikit gagasan politik ini menjadi populer di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, dan negara Eropa lainnya. Maaf-memaafkan(Halal-bihalal) direkomendasikan oleh kedutaan Indonesia  di negara tersebut dan dipraktikkan oleh orang Indonesia yang  tinggal di sana. Melanjutkan tradisi maaf-memaafkan (halal bihalal)  dapat menjadi hal yang penting bagi setiap keluarga. Bahkan di Indonesia, para pendatang rela pulang  kampung saat Lebaran Idul Fitri untuk melakukan halal-bihalal bersama keluarga besarnya. Halal bihalal bisa menjadi semacam pemulihan hubungan seperti semula, dari pertengkaran kecil maupun besar, kita bisa saling memaafkan dan menyadari kesalahan dengan bersalaman dan mengucapkan "maaf lahir dan batin" atau dalam bahasa sehari hari seperti maaf yaa, yang selalu Anda dengar dalam sehari hari. Padahal, sangat mudah bagi kita untuk meminta maaf atau memaafkan seseorang dalam keadaan seperti itu. Apa yang membuat segalanya begitu mudah ketika pada hari biasa begitu sulit untuk memaafkan? halal bihalal, perasaan dan hati seseorang dibuat sangat lembut setidaknya oleh tiga faktor, yang pertama terkait dengan identitas sosial, pengaruh suasana hati dan spiritualitas relasional.  Seseorang dengan identitas sosial tertentu berperilaku sesuai dengan identitas kelompok sosial. Bisa juga terkait dengan profesinya, misalnya jika seseorang berprofesi sebagai Tentara, ia berperilaku sesuai dengan standarnya.  Kemudian efek mood, momen Idul Fitri yang ditunggu-tunggu dan disambut dengan bahagia, memudahkan untuk meminta dan memberi maaf. Tidak seperti hari-hari biasa, di mana seseorang masih memikirkan gengsi dan harga diri. Bisa dikatakan, momen Lebaran Idul Fitri merupakan momen yang tepat untuk menghadapi identitas sosial yang perlu dibangun kembali. Akhirnya, spiritualitas relasional mengacu pada tingkat ajaran agama yang harus ditunjukkan oleh pengikut. Umat Islam dalam  Islam dianjurkan untuk saling memaafkan dan saling memaafkan. Dengan demikian menjadi perilaku yang ideal dalam beragama untuk diamalkan. Konsep Halal bihal di IndonesiaÂ
 Cerita di balik gagasan halal bihalal adalah setelah Indonesia merdeka,  tahun 1948, Indonesia dalam keadaan buruk, gejala disintegrasi bangsa muncul, dan elite politik saling berkhianat, tidak mau duduk bersebelahan. . Bersama-sama memberontak dimana-mana, Singkat cerita presiden pertama yaitu soekarno meminta tolong kepada tokoh agama yaitu wahab, Menurut penjelasan  KH Masdar Farid Mas'ud, Wahab dibawa ke istana untuk meminta nasihat dan pendapat tentang bagaimana menyelesaikan situasi politik di Indonesia saat itu. Solusi yang diajukan Wahab kepada Presiden Soekarno adalah mengadakan silaturahmi untuk mempertimbangkan momen yang tepat menjelang Idul Fitri.  Namun ide ini dikritik oleh Presiden Soekarno "Silaturahim biasa saja, saya ingin satu musim lagi."Â
 "Sederhana saja," kata Wahab. "Soalnya, elite politik tidak mau bersatu,  karena  saling menyalahkan. Saling menyalahkan adalah dosa. Dosa itu haram. Agar mereka tidak memiliki dosa (haram), itu harus halal. Biarkan mereka duduk di meja yang sama untuk saling memaafkan, untuk saling membenarkan. Sampai silaturrahmi nanti kita pakai istilah halal bihalal, jelas Mbah Wahab.  Solusi yang diajukan Mbah Wahab akhirnya terwujud, Presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh politik  ke Istana Negara untuk silaturahmi yang disebut halal bihalal. Inilah titik balik dimana mereka menjadi satu meja dan membentuk kekuatan dan persatuan bangsa.  Istilah halal bihalal pertama di keluarkan oleh KH Abd Wahab Chasbullah dengan analisis pertama yaitu mencari solusi dari suatu masalah atau mencari  hubungan yang harmonis dengan memaafkan kesalahan. Atau  analisis lain, yaitu meninggalkan kesalahan juga dibalas  dengan meninggalkan kesalahan dengan  saling memaafkan. Memahami Halal Bi HalalÂ
Penjelasan oleh Profesor Quraish Shihab, seorang ahli tafsir Al-Qur'an, dalam Membumikan Al-Qur'an (1999). Konsep halal bihalal yang digagas oleh Mbah Wahab dapat dimaknai dari tiga sudut pandang. Yakni Hukum Fiqh, Bahasa atau Linguistik dan Kajian Al-Qur'an. Menurut hukum fikih, halal selalu berlawanan dengan haram. Dalam konteks halal bihalal  memberikan penilaian yang baik atau menghindari dosa-dosa umat Islam yang melakukannya. Artinya menurut fikih, halal bihalal menjadikan sikap kita yang semula haram atau berdosa menjadi halal dan tidak berdosa. Namun, perlu dicatat bahwa kondisi ini dapat dicapai jika kedua belah pihak sepakat untuk saling memaafkan.  Kedua, berdasarkan kajian bahasa atau linguistik, halal berasal dari  halla atau halala. Kata-kata ini memiliki  bentuk dan arti yang berbeda tergantung pada konteks kalimatnya. Ini umumnya berarti menyelesaikan masalah atau kesulitan, meluruskan benang kusut, mencairkan benang yang membeku, dan bahkan melonggarkan rantai pengikat. Memahami halal-bihalal dengan tujuan menyatukan yang sebelumnya terputus disambungkan kembali melalui pemaafan saat Idul Fitri.  Terakhir, berdasarkan tinjauan Al-Qur'an, yang disyaratkan adalah halal, yaitu thayyib, atau  baik dan menyenangkan. Dengan demikian, Alquran mensyaratkan agar tindakan umat Islam menyenangkan semua pihak. Al-Qur'an menuntut manusia tidak hanya  untuk memaafkan orang lain, tetapi juga untuk berbuat lebih, yaitu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat salah kepadanya.  Halal Bihalal Beda agamaÂ
 Apakah halal-bihalal hanya dilakukan di agama Islam, apakah halal-bihalal tidak dilakukan di agama lain selain Islam?Â
 Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Prof. Dr. H Zainal Abidin MAg mengatakan bahwa Halal Bihalal tidak hanya untuk orang yang sepemikiran. "Halal-bihalal adalah jenis pemaafan dan diampuni. Meminta maaf dan memaafkan tidak hanya orang yang berpikiran sama, tetapi juga orang atau semua orang yang berbeda agama. Hal ini sesuai dengan perintah Al-Qur'an yang terkandung dalam Surah Al -Imran ayat 134. Artinya "Itu. yang menggunakan hartanya di saat senang dan susah, dan orang yang mengendalikan amarahnya dan  memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."Â
 "Ayat itu mengatakan menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Menunjuk orang lain berarti menunjukkan keragaman, bukan hanya  umat Islam.  Di Indonesia, halal bihalal biasanya diadakan setelah  ibadah selama sebulan  di bulan Ramadhan. Artinya, jelasnya, selama sebulan umat Islam memperbaiki  hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh ibadah. Kemudian lakukan halal-bihalal setelah Idul Fitri. - Intinya hubungan dengan Tuhan terjalin selama sebulan, dan setelah itu hubungan antar manusia juga semakin kuat
Singkatnya Adat Tradisi ini sangat lah baik untuk siapa saja dan agama apa saja,dan harus sekali untuk di lestarikan hingga anak cucu kita karena adanya halal bihalal bisa membuat hubungan yang awalnya tidak dekat akubat perselisihan bisa menjadi dekat dan menjadi baik kembali karena adanya halal bihalal ini,dan yang perlu di ingat lagi halal bihalal terjadi karena dua pihak menyetujui permintaan maaf tersebut jika tidak menyetujui dari salah satu pihak maka tidal bisa di sebut maaf memaafkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H