Mohon tunggu...
Akhmad Jayadi
Akhmad Jayadi Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Pamekasan, Madura. Menuntaskan studi S1 di Malang. Sampai sekarang sudah 3 tahun lebih bekerja di Jakarta, di sebuah LSM,The Habibie Center.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

A Tribute to Mbah Maridjan

11 November 2010   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis pagi, 28 Oktober 2010, Jalan Teknika yang membelah Kampus UGM bagian utara ramai tak seperti biasa. Puluhan orang berdiri dan duduk di atas motor yang di parkirnya di pinggir jalan. Polisi berjaga di tiap persimpangan. Bendera putih kecil bergambar palang hitam terlihat di tangan beberapa orang yang menunggu. Kerumunan bermula dari arah selatan. Dari RS Sardjito.

“Mbah Maridjan selesai diotopsi dan akan dikebumikan.” Kata seorang petugas keamanan kampus UGM.

Tepat pukul 9.45 WIB tiga sirine meraung-raung keluar dari rumahsakit. Di barisan paling depan adalah sepedamotor polisi sebagai fore-rider. Menyusul di belakangnya mobil sedan polisi, dua ambulans, mobil jenazah, ambulans, mobil sedan pejabat kampus UGM dan terakhir sepedamotor polisi lagi sebagai back-rider. Lalu satu persatu puluhan motor warga mengekor.

Konvoi melewati Jalan Teknika yang tidak begitu lebar. Di sisi kiri jalan tampak puluhan mahasiswa, dosen, karyawan dan satpam berbaris sepanjang pagar. Sebagian besar dari mereka mengarahkan kamera HP nya ke mobil janazah berwarna abu-abu gelap itu.

Memasuki Jalan Kaliurang, di kanan kiri jalan semakin banyak ‘pelayat’ berdiri ingin mengantar perjalanan terakhir sang penjaga Gunung Merapi. Pria, wanita, anak-anak dan orang dewasa berdiri memagar. Kendaraan di jalan berhenti memberi ‘hormat’, pejalan kaki mematung sampai rombongan janazah berlalu. Penjaga toko, pembeli, pedagang kaki lima, pemilik warung, pemulung, penambal ban, penjual bensin eceran, dan sebagian besar orang di Jalan Kaliurang 'mengantar' Mbah Marijan dengan tatap mata kaku, sayu dan sembap.

Pagi itu, sepanjang Jalan Kaliurang, selama beberapa detik tak ada suara manusia. Hanya sirine, megaphone, klakson dan knalpot meramaikan keadaan. Motor wartawan melaju dan melambat, ke depan, samping kiri dan belakang mobil janazah. Mengambil gambar terbaik. 'Ekor' konvoi memanjang. Motor di kiri jalan bergabung dalam iringan menuju arah pemakaman.

Di Jalan Kaliurang km7 seorang ibu di kanan jalan menaburkan bunga ke mobil janazah. Kelopak-kelopak mawar merah, putih dan merah muda berhamburan diterbangkan angin. Di km8 rombongan lalu melambat. Lalu lintas di pertigaan padat. Megaphone polisi di depan memberi instruksi agar pemakai jalan ‘mengalah’.

Bunga kembali bertaburan ke mobil jenazah di km9. Kali ini dari kiri jalan. Mbah Maridjan mendapat penghormatan tertingginya dari warga. Seorang dengan kaos lengan panjang warna hitam bertulis "Paksi Katon Yogyakarta" setia di samping mobil janazah. Dia adalah Slamet, pria paruh baya, mengenakan udeng, sebagai wakil dari Keraton Ngayogyohadiningrat. Bersama 5 paksi (pengawal) lainnya, dia ditugasi untuk mengantar si Mbah ke liang lahat.

Menurut info dari Slamet, Mbah Maridjan bertemu Sinuhun (Sultan Hamengkubuwono X) terakhir kali pada Syawalan lalu. Pertengahan Oktober 2010.

Rombongan berbelok ke kiri di Km11. Memasuki kompleks kampus UII. Janazah Mbah Maridjan akan disembahyangkan di sini. Di kampus dimana putranya, Pak Asih, bekerja sebagai staf administrasi di Fakultas MIPA.

Di aula auditorium Kahar Muzakkir itu, satu lantai di bawah Masjid Ulul Albab, janazah Mbah Maridjan, bersama dua janazah lainnya, didoakan oleh kurang lebih 150-an muslim laki-laki dan 50-an muslimah perempuan. Solat dipimpin oleh Mantan Pembantu Rektor UII, Mufti Abu Yazid. Sebelum solat janazah dimulai, sang imam memberi pengantar tentang bagaimana Mbah Maridjan berjuang dan mengabdi selama hidupnya. Juga disebutkan bahwa keluarga besar Mbah Maridjan adalah keluarga dekat dan 'orang dalam' UII. Selain Pak Asih, dua orang keponakan mendiang bintang iklan Kukubima tersebut juga bekerja di UII.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun