penerbit untuk diterbitkan sebagai buku?" Jawaban dari para peserta beragam. Naskah buku resep masakan, musik, bercocoktanam cabe, olah raga, dan sebagainya. Hanya seorang yang dianggap pembicara menjawab benar, yaitu 'Naskah buku kumpulan puisi.'
DALAM sebuah acara seminar kepenulisan, seorang pembicara menanyakan kepada seluruh peserta yang hadir: "Naskah apa yang paling berpeluang ditolakYa. Hampir semua penerbit akan menolak menerbitkan buku kumpulan puisi, kecuali si pemilik naskah bersedia membayar biaya cetak dan membeli bukunya sendiri. Tentu saja dalam harga sebuah buku sudah termasuk ada biaya cetak, bukan?
Jika sang penyair berharap naskah buku kumpulan puisinya dibeli oleh penerbit dan itu artinya dia mendapatkan honor dari karyanya, kemudian penerbit itu menerbitkan naskah puisinya sebagai buku lantas melepasnya ke pasaran, sepertinya jauh panggang dari api.
Mengapa penerbit kebanyakan ogah membeli naskah buku kumpulan puisi? Alasannya, karena puisi kebanyakan sukar untuk dimengerti oleh para pembaca, puisi hanya dapat dimengerti oleh penulisnya sendiri. Bahkan -- ini lucu sekali -- ada penyairnya sendiri yang membuat puisi itu tidak mengerti arti dari puisi yang dibuatnya. Aneh kan? Penyair atau seniman ini sudah punya jawaban cerdas kalau ada orang yang bertanya tentang arti puisi yang ditulisnya, yaitu: "Puisi itu tidak untuk dimengerti, tapi untuk dinikmati saja keindahan diksi dan iramanya." Wkwkwk.
Saran dari rekan penulis, jika seseorang ingin naskah puisinya terbit sebagai buku, ya terbitkan sendiri bukunya. Atau lakukanlah kerjasama dengan beberapa penulis yang doyan nulis puisi, lalu bikin buku antologi kumpulan puisi. Berkolaborasi. Bawa ke penerbit, Â bayar biaya produksinya, setelah jadi buku lantas dibeli, lalu jual sendiri buku antologi kumpulan puisi tersebut. Titipkan ke toko buku atau jual secara online.
"Kalau buku kita bisa best seller bagaimana caranya, Pak?" tanya seorang peserta seminar lagi.
"Bukan best seller dalam arti yang sebenarnya lho ya...Gampang. Penerbit mayor mana saja bersedia menerbitkan buku dan memberi label best seller di buku itu, asal...." kata pembicara, sambil tertawa. "Asal kita bersedia membeli buku kita tersebut minimal 10 ribu eksemplar. Kalau harga buku itu 50 ribu, tinggal kalikan saja 10 ribu eksemplar, sejumlah itulah duit yang harus kita bayar. Gampang kan? Itulah yang dilakukan para motivator dengan buku-buku karya mereka. Mereka menjual bukunya pada acara-acara seminar yang mereka buat sendiri, dan buku itu telah diberi label best seller oleh penerbit yang bersangkutan.
Tidak akan ada penerbit besar mana pun yang bakal menolak menerbitkan buku kita, kalau kita bersedia mencetak dan membeli buku kita sebanyak 10 ribu eksemplar. Bahkan buku kita boleh diberi cap sebagai buku terlaris atau best seller."
Ada pun mengenai cara membuat puisi yang indah dan puitis, hal itu normatif saja. Bisa dipelajari dari berbagai buku petunjuk yang ada.
Untuk membuat puisi yang puitis, berikut adalah beberapa tips yang bisa diikuti:
1. Pilih Tema atau Perasaan: Tentukan apa yang ingin kamu sampaikan. Apakah itu cinta, kerinduan, alam, atau pengalaman pribadi?