Mohon tunggu...
AKHMADI
AKHMADI Mohon Tunggu... Guru - SMP Negeri 44 Jakarta

Guru Pendidikan Pancasila bertugas di SMPN 44 Jakarta, Ketua MGMP Wilayah 1 Kota Administrasi Jakarta Timur, Komite SMKN 1 Cikarang Barat, Konsultan Hukum, bisnis, hobbi menulis tentang dunia pendidikan, politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya. beberapa tulisan tertuang dalam https://www.kompasiana.com/akhmadi23750, https://akhmadijpr.com/, https://akhmadiblog.blogspot.com/, https://www.facebook.com/akhmadijpr.akhmadijpr/

Selanjutnya

Tutup

Diary

Wafatnya Bunda Tercinta

6 Juni 2021   18:38 Diperbarui: 6 Juni 2021   18:55 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu' alaikum Wr. Wb.

pada kesempatan ini saya akan membagikan pengalaman hidup kepada pembaca, dengan harapan dapat mengambil hikmah peristiwa yang terjadi.

sabtu, 24 April 2021 jam 12.56 WIB ibunda wafat di RS. Sunan Kudus Jawa tengah, sebelumnya masuk ke ruang ICU pada tanggal 22 April 2021 dalam keadaan tidak sadar. melihat keadaan ibu hati sangat sedih karena seluruh organ tubuhnya harus dibantu dengan alat hanya terlihat dilayar detak jantung dan lain sebagainya. terbesit dihati kecil saya ada niat baik bunda yang belum terlaksana yaitu menunaikan ibadah haji. saya, istri dan bunda mendaftar haji pada tahun 2015 dengan harapan bunda berangkat lebih dahulu karena faktor usia, tetapi ternyata Allah berkehendak lain. Bunda selama ini tinggal sendiri dikampung karena ayah wafat terlebih dahulu pada tahun 2011. 

Kami 3 besaudara, saya laki-laki sendiri diapit oleh kakak dan adik perempuan. saya dan adik tinggal di jakarta dan Bekasi sedangkan kakak tinggal di Mayong, Jepara. meskipun bunda sudah tiada tetapi bayangannya selalu muncul seolah-olah masih ada. Prosesi kirim doa dikampung ada 40 hari, 100 hari, 1 tahun dan seterusnya tetap menjadi perhatian kami sebagai ahli warisnya. terasa sedih melihat rumah dikampung kosong karena tidak ada yang menempati karena kami bertiga sudah memiliki rumah masing-masing. 

Saya sebagai anak laki-laki berusaha untuk membagi harta orangtua dengan seadil adilnya ternyata mengalami gendala, karena kakak memilih lokasi yang dianggap lebih strategis padahal komitmen dari awal pembagiannya diundi (tidak memilih). Dari kisah yang saya uraikan singkat saya berharap kepada pembaca dapat mengambil kesimpulan yang bijak agar penyesalah tidak terjadi. antara lain, jika orangtua masih ada dan mampu untuk menghajikan segera tunaikan. sebagai orang tua pembagian harta sebaiknya dibagikan pada saat orangtua masih hidup, ketika ada anak yang tidak setuju karena dianggap tidak adik, dapat mengajukan keberatan/tidak sepakat. 

Setelah bunda tiada saya melihat harta sangat kecil dimata saya, sangat tidak berarti walaupun realita di dunia kita memerlukan harta. demikian kisah ini saya sampaikan meskipun terlihat sangat kecil mudah-mudahan membawa manfaat, terima kasih saya ucapkan bagi pembaca yang baik hati. Selamat jalan Bunda

Wassalamu' alaikum Wr. Wb.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun