[caption id="attachment_358589" align="aligncenter" width="491" caption="Situs Liyangan, Temanggung"][/caption]
Siang itu, saya beserta teman-teman dari Balai Arkeologi Yogyakarta berkunjung ke sebuah lokasi yang berada di Kabupaten Temanggung. Di daerah yang tepatnya bernama Dusun Liyangan Desa Purbasari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung tersebut, konon terdapat suatu situs peninggalan dari abad ke-9.
Situs Liyangan, begitu Balai Arkeologi memberikan nama kepada lokasi tersebut, dengan merujuk pada nama dusun tempat ditemukannya situs tersebut. Lokasinya kurang lebih berjarak 20 km ke arah barat laut dari pusat Kota Temanggung, tepatnya di lereng Gunung Sindoro. Lokasi tersebut awalnya merupakan lokasi galian C penambangan pasir milik warga.
[caption id="attachment_358591" align="aligncenter" width="491" caption="Candi yang diatasnya terdapat Yoni yang unik "]
Untuk menuju lokasi situs tersebut, dengan menggunakan mobil, saya dan rombongan berangkat dari Yogyakarta dengan ditemani tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Dari Yogyakarta, kita pergi menuju ke arah Temanggung, perjalanan ke Temanggung ditempuh kurang lebih selama 3 jam. Dari pusat kota Temanggung, perjalanan dilanjutkan menuju arah Kecamatan Parakan. Dari Parakan dilanjutkan perjalanan menyusuri jalan utama jalur menuju Weleri, Kendal. Tidak sampai jauh ke Weleri, lokasi tujuan dari Parakan, yaitu Desa Purbosari Kecamatan Ngadirejo. Sesampainya di Desa Purbosari, masuk saja melalui gerbang desa menuju permukiman warga, dari pemukiman warga lurus saja terus sampai masuk area persawahan, dan sampailah ke lokasi Situs Liyangan.
[caption id="attachment_358594" align="aligncenter" width="491" caption="Kami mendengarkan pemaparan dari Bapak Sugeng Riyanto"]
Pada masa awal penemuannya pada tahun 2008, di lokasi tersebut ditemukan yoni, arca, batu-batu candi, dan struktur yang mirip talud. Setelah dilakukan penelitian dan penggalian lebih lanjut yang dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta, selanjutnya ditemukan sebuah bangunan candi yang di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik, yang tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki tiga lubang dan bentuknya masih sangat sederhana.
Dalam keadaan di bawah rintikan hujan dan terjangan kabut khas daerah pegunungan, kami antusias mendengar pemaparan dari Bapak Sugeng Riyanto. Menurut penuturan dari Bapak Sugeng Riyanto dari Balai Arkeologi yang juga merupakan ketua tim peneliti Situs Liyangan, Situs Liyangan terdiri atas 3 bagian, yakni area hunian, peribadatan, dan kawasan pertanian. Namun beberapa bagian dari situs tersebut dalam kondisi rusak sejak saat ditemukan, kuat dugaan kerusakan tersebut disebabkan oleh bencana alam letusan Gunung Sindoro.
[caption id="attachment_358597" align="aligncenter" width="491" caption="Kami menyusuri Jalan Batu"]
Selain ditemukan candi dan bekas hunian, di lokasi ini juga ditemukan jalanan batu. Jalanan batu ini membentang panjang yang diduga menghubungkan permukiman dengan wilayah pertanian.
Penemuan Situs Liyangan ini masih banyak yang menjadi misteri. Salah satu yang masih menjadi misteri dan sangat unik diikuti yaitu penemuan sebuah arang yang seperti arang dari buah kelapa, jagung, dan pala. Arang-arang tersebut beberapa masih disimpan dengan ditutupi semacam kain terpal untuk diteliti terkait tanaman-tanaman yang ada pada jaman tersebut.
[caption id="attachment_358599" align="aligncenter" width="491" caption="Penemuan arang yang sementara ditutup dengan semacam terpal"]
Itu tadi sekilas pengalaman saya berkunjung ke Situs Liyangan Temanggung bersama Penyuluh Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rayon Jawa dengan ditemani tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Ke depan masih akan terus dilakukan penelitian dan penggalian untuk menjawab misteri-misteri yang tersimpan di Situs Liyangan tersebut.
[caption id="attachment_358603" align="aligncenter" width="491" caption="Dan inilah kami bersama Juru Pelihara Situs Liyangan"]