Beberapa tahun belakangan sedang lumayan tenar lagu milik sebuah band lokal bernama Republik Band berjudul Sandiwara Cinta. Berkali-kali lagu itu diputar di radio hampir setiap hari dan disetiap acara.
Saya, meskipun tidak terlalu suka lagu-lagu Indonesia yang baru-barupun terpaksa ikut mendengar karena di waktu sedang ada suatu kerjaan, biasanya saya sering ditemani dengan radio.
Karena sangking seringnya dan berulang setiap harinya, secara tidak sadar saya hafal lagu sandiwara cinta tersebut. Setelah hafal, kadang saya coba renungi isi lagu tersebut, yang kurang lebih isi lagunya yaitu mengenai seorang pria yang sudah mengetahui pacarnya memiliki kekasih lain, si pria tersebut mengiklaskan kekasihnya tersebut berhubungan dengan selingkuhannya dan rela melepas si wanita ini berhubungan dengan selingkuhannya demi kesenangan si wanita ini sesakit apapun rasanya.
Mungkin terkesan lebay dan cengeng lagunya, tapi entah hanya kebetulan, atau karena apa, lagu itu berdampak dikehidupan nyata saya. Kehidupan nyata saya seolah tersugesti oleh lagu tersebut. Saya merasakan persis sesuai dengan isi lagu tersebut.
Sedih, marah, kecewa, dendam semua campur aduk jadi satu. Seseorang yang selama ini selalu ada disaat suka dan duka, seseorang yang selama ini menjadi tempat berbagi keluh kesah, seseorang yang suatu saat nanti sudah sangat saya idam-idamkan menjadi ibu dari anak-anak saya, dia pergi.
Tidak hanya pergi meninggalkan saya, melainkan justru pergi dengan orang lain yang selama ini sering dia ceritakan sebagai teman biasanya. Dan saya seketika seperti menjadi tokoh pria dalam lagu sandiwara cinta.
Luar biasa, lagu yang sehari-hari saya dengar sampai hafal secara tidak sadar sekarang terjadi dalam kehidupan saya. Apa mungkin sesuatu yang sering kita dengar setiap harinya benar-benar mensugesti diri kita dan akan membentuk kehidupan nyata kita?
Teringat penelitian seorang Doktor kontroversial dari Jepang bernama Dr. Emoto yang membukukan penelitiannya dengan judul “The Hidden Massages in Water”. Inti dari buku tersebut yaitu salah satunya mengenai air yang partikelnya bisa berubah ketika diberi suatu reaksi dari sekelilingnya, misal dengan musik. Ketika didengarkan musik yang baik, partikel air akan baik, sebaliknya ketika diperdengarkan bunyi-bunyi yang tidak baik, partikel air akan berubah menjadi tidak baik pula.
Jadi jika bisa diibaratkan manusia itu seperti air, karena Hampir 65 % tubuh manusia terdiri dari zat cair. Nah jadi ketika diperdengarkan suatu yang baik-baik, maka akan berpengaruh terhadap manusia tersebut menjadi baik, begitu juga sebaliknya.
Jadi perdengarkanlah sesuatu yang baik-baik saja yang sifatnya positif. Jangan keseringan dengar sesuatu yang sedih-sedih, galau-galau, dan yang lainnya, karena bisa jadi itu mensugesti ke kehidupan nyata. (Amin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H