Keberadaan para ulama dan kyai yang mendukung masing-masing pasangan capres cawapres jangan dianggap main-main. Secara kasat mata memang kesannya tidak akan berpengaruh apa-apa, tetapi sebenarnya dukungan ulama dan kyai tersebut bisa memobilisasi masa untuk mendukung masing-masing capres.
Bahkan belum lama ini, untuk benar-benar meyakinkan umat bahwa mereka benar-benar didukung para ulama, salah satu pasangan capres cawapres ada yang sampai meminta dukungan sampai ke ulama di Saudi Arabia. Seketika itu pasangan capres tersebut mengklaim bahwa mereka telah mendapat restu dan dukungan langsung dari ulama Saudi Arabia. Sebuah usaha yang mungkin suah diterima akal, karena sudah barang tentu ulama arab tersebut tidak punya hak suara dalam pilpres nanti.
Namun, usaha-usaha seperti itu jangan dianggap remeh, beberapa hari belakangan ini, saya sering berincang dengan para tetangga desa. Kebetulan saya hidup di daerah desa, dimana disitu peran pemuka agama seperti Kyai masih sangat kuat. Perbincangan saya dengan mereka kadang diselingi dengan tema pemilihan presidan. Hampir semua yang saya tanyai tentang calon presiden mana yang jadi pilihan mereka dan kenapa memilih calon tersebut, hampir kesemuanya menjawab saya memilih pasangan tersebut karena ikut pak Kyai, ikut para Habib, dsb.
Tanpa perlu melihat dan menimbang terlalu banyak yang justru akan menyita banyak waktu, mereka langsung bisa menetapkan pilihan sebagaimana pilihan para kyai dan ulama tempat mereka belajar agama. Disinilah peran Kyai dan ulama dalam memobilisasi suara.
Jadi jangan heran ketika dalam pilpres kali ini, masing-masing calon begitu giat bersafari mendatangi pesantren-pesantren bertemu dengan para tokoh agama atau Kyai dan Habib, bahkan ada yang sampai ke Arab. Mereka mengharapkan dukungan Kyai dan ulama seraya para Kyai dan Ulama tersebut juga membawa jamaah mereka.
Dukungan para Kyai dan Ulama tersebut bisa jadi sesuatu yang bagus, atau bisa jadi sebaliknya , yaitu mengcounter kejelekan. Seorang Kyai dan Ulama bisa jadi menjatuhkan dukungan untuk salah satu capres dikarenakan capres tersebut baik, namun bisa juga karena capres tersebut ada sesuatu yang dirasanya tidak baik, jadi perlu didamingi dan diarahkan untuk menuju ke arah yang baik.
Dalam pilpres kali ini, dukungan Kyai dan ulama bisa dikatakan relatif seimbang. Daari sisi JokowiJK, mereka didukung langsung PKB yang merupakan wadah politik kalangan Nahdliyin yang didalamnya terdapat banyak dukungan dari kyai-kyai di daerah. Sementara, dari sisi PrabowoHatta, mereka juga mendapat dukungan dari banyak Kyai dan Ulama semenjak bergabungnya Mahfudz MD dan ketua PBNU KH Said Aqil Siraj. Mahfud yang juga dikelan sebagai seorang Nahdliyin terbukti mampu membawa dukungan para Kyai dan Ulama untuk mendukung Prabowo.
Dengan posisi ini, kedua capres cawapres posisinya imbang, banyak didukung ulama dan kyai. Kesimpulannya keduanya berimbang juga, didukung karena baik atau malah sebaliknya didukung karena kurang baik dan akan diarahkan ke jalan yang baik. Untuk itu marilah berhenti melakukan kampanye hitam dengan menjadikan agama sebagai senjata untuk menyerang masing-masing pasangan. Keduanya sama-sama didukung Kyai dan Ulama, berkampanyelah dengan beradu program, visi dan misi, dan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan ketika terpilih nantinya saja.
Salam revolusi mental!!! (Amin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H