Sekarang sedang heboh terkait materi pacaran yang masuk kurikulum. Pacaran masuk dalam kurikulum untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Olahraga. Terjadi pro kontra dimasyarakat. Banyak yang menganggapnya pemerintah melegalkan pacaran, meski tak sedikit pula yang setuju-setuju saja atas pemuatan materi pacaran tersebut.
Menurut saya selaku golongan muda yang juga pernah mengalami pacaran anak jaman sekarang, penyertaan materi pacaran itu baik, justru malah penting. Bukan bermaksud untuk melegalkan pacaran, karena pacaran yang diasumsikan kegiatan mendekati zina dalam agama islam itu diharamkan. Namun memaknai materi pacaran itu sebagai pembekalan atau pengertian tentang bagaimana sih sebaiknya kalau memang harus pacaran.
Perlu diingat bahwa jaman memang sudah berubah, orang tua tidak bisa begitu saja menerapkan aturan yang terlalu konservatif seperti yang diterapkan dulu. Anak muda jaman sekarang sangat lekat dengan kegiatan yang dinamakan pacaran. Pergaulan yang sangat bebas antar lawan jenis di segala aktivitas baik sekolah maupun ekstra sekolah, tak pelak membuat himbauan atau larangan-larangan untuk tidak pacaran terdengar basi dan ketinggalan jaman.
Pepatah Jawa mengatakan “witing tresna jalaran saka kulina” yang artinya ‘rasa cinta bisa datang karena terbiasa’. Dan dari pergaulan antar anak laki-laki dan perempuan yang terjadi hampir setiap hari dan setiap waktu, mudah saja untuk menimbulkan benih-benih cinta dan rasa ingin memiliki. Dari pada rasa itu dipendam, mau tidak mau disalurkan lewat pacaran, karena secara usia dan mental pun belum matang untuk membina rumah tangga.
Namun pacaran anak jaman sekarang sudah pada taraf menghawatirkan, pacaran seolah menjadi pembenaran untuk anak-anak sekrang menjalani suatu ikatan layaknya suami-istri. Meskipun begitu, bukan berarti Orang Tua harus menutup mata dan menolak dengan tegas tanpa pengecualian untuk pacaran. Mengingat pergaulan anak sekarang, sudah bukan waktunya lagi untuk melarang-larang anak berpacaran, karena semua orang tau lah bagaimana sikap anak ketika dilarang, anak bisa lebih liar dan tidak terkontrol. Ketika anak dilarang pacaran, dengan segala kebebasan pergaulan, anak justru akan melakukan pacaran secara diam-diam. Dan ketika sudah diam-diam ini yang bahaya.
Jadi jika dimaknai secara positif dari sisi pergaulan anak jaman sekarang, materi pacaran dalam kurikulum sekolah itu justru penting. Jangan sampai anak-anak sekarang tidak punya pegangan yang benar dan malah justru sembunyi-sembunyi. Karena sekarang bukan lagi waktunya melarang anak pacaran, melainkan mengarahkan bagaimana pacaran yang baik, kecuali memang Anda bisa menghindarkan anak Anda dari bebasnya pergaulan anak masa kini. (Amin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H