Inovasi Digital: Solusi Melestarikan Musik Tradisional Indonesia
Globalisasi dan modernisasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu dampak yang dirasakan adalah tergerusnya minat anak-anak terhadap warisan budaya lokal, terutama musik tradisional. Musik tradisional yang dahulu memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat kini semakin terpinggirkan, digantikan oleh aliran musik modern yang lebih mudah diakses melalui berbagai platform digital. Dalam artikel karya Susandi, dkk. (2023), dijelaskan bahwa alat musik tradisional Indonesia memiliki keunikan dan menjadi ciri khas budaya yang kaya. Namun, seiring berjalannya waktu, musik tradisional semakin jarang dimainkan dan dipelajari oleh generasi muda.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2021), lebih dari 60% anak-anak Indonesia di bawah usia 15 tahun menghabiskan waktu lebih dari 4 jam per hari untuk menggunakan perangkat elektronik, yang mayoritas di antaranya digunakan untuk mengakses hiburan modern seperti musik populer. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran pola konsumsi budaya di kalangan generasi muda. Musik modern, yang dapat diakses dengan mudah kapan saja dan di mana saja, menjadi lebih menarik dibandingkan dengan musik tradisional yang hanya muncul pada acara-acara tertentu. Dampaknya, alat musik tradisional dan pengetahuan mengenai penggunaannya semakin terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu alasan utama yang mendorong perubahan ini adalah kemudahan akses terhadap teknologi modern. Perkembangan teknologi, terutama smartphone dan internet, memfasilitasi anak-anak untuk lebih mudah terpapar oleh budaya populer global dibandingkan budaya lokal mereka sendiri. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk memanfaatkan teknologi ini sebagai sarana memperkenalkan kembali musik tradisional kepada anak-anak sejak usia dini, seperti yang diusulkan oleh Susandi dkk. melalui aplikasi berbasis Android untuk pengenalan alat musik tradisional.
***
Globalisasi, dengan segala kelebihannya dalam mempermudah akses informasi, juga membawa tantangan tersendiri bagi pelestarian kebudayaan lokal. Seperti yang diungkapkan oleh Susandi, dkk. (2023), musik tradisional semakin jarang diajarkan kepada anak-anak karena terbatasnya kesempatan untuk berinteraksi dengan alat musik tradisional di luar acara-acara budaya tertentu. Berdasarkan data dari UNESCO (2020), lebih dari 70% anak-anak di seluruh dunia terpapar konten budaya populer yang didominasi oleh musik barat, sehingga menimbulkan pergeseran minat mereka dari musik lokal. Di Indonesia, musik tradisional hanya diajarkan secara formal di 30% sekolah dasar dan menengah, yang berarti sebagian besar anak-anak tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar tentang kekayaan musik tradisional di sekolah formal (Kemendikbud, 2019).
Salah satu fenomena yang patut dicermati adalah semakin banyaknya waktu yang dihabiskan oleh anak-anak dalam konsumsi media modern. Berdasarkan penelitian dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022, sebanyak 94,4% anak usia 5-19 tahun di Indonesia telah memiliki akses ke internet, dengan rata-rata penggunaan internet mencapai 6 jam per hari. Dalam konteks ini, musik modern dari aplikasi seperti YouTube dan Spotify menjadi lebih mudah diakses dibandingkan musik tradisional yang mungkin tidak tersedia dalam bentuk digital. Akibatnya, anak-anak lebih familiar dengan musik pop internasional daripada alat musik tradisional seperti gamelan, angklung, atau sasando.
Namun, ada solusi yang mulai digagas oleh beberapa pihak untuk memanfaatkan teknologi dalam melestarikan musik tradisional. Susandi dkk. (2023) melalui penelitian mereka mengembangkan aplikasi berbasis Android yang bertujuan mengenalkan alat musik tradisional kepada anak usia dini di Kabupaten Lebak. Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah anak-anak mempelajari nama, bentuk, dan suara alat musik tradisional tanpa harus menunggu acara budaya tertentu. Inovasi ini menjadi langkah strategis dalam menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif.
Dukungan dari pemerintah dan pihak swasta juga diperlukan untuk memperluas cakupan penggunaan aplikasi semacam ini di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, kolaborasi antara pengembang aplikasi dan institusi pendidikan dapat menjadi kunci sukses dalam memperkenalkan kembali musik tradisional di kalangan anak-anak. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2020) menunjukkan bahwa kurikulum berbasis teknologi dalam pendidikan telah berhasil meningkatkan keterlibatan siswa hingga 45%, terutama ketika pembelajaran dilakukan melalui aplikasi digital yang menarik. Dengan demikian, musik tradisional memiliki potensi besar untuk tetap hidup di era modern, asalkan didukung oleh strategi yang tepat.
***
Kesimpulannya, globalisasi dan modernisasi memang membawa tantangan besar dalam pelestarian musik tradisional, terutama di kalangan anak-anak yang semakin terpikat oleh budaya populer global. Namun, dengan memanfaatkan teknologi seperti aplikasi Android yang dikembangkan oleh Susandi, dkk. (2023), ada peluang untuk mengenalkan kembali kekayaan musik tradisional kepada generasi muda. Inovasi ini memberikan harapan baru bahwa musik tradisional masih dapat dipelajari dan diapresiasi meskipun di tengah arus globalisasi.