Begitu pun master Chef politik di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang di prakarsai oleh ketua umum pembina Gerindra, Sekaligus bakal calon Presiden Prabowo Subianto.
Dalam dapur Koalisi tersebut ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar dan partai Non Parlemen yakni Partai Bulan Bintang (PBB).
Ketua umum PKB, Cak Imin, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra.
Dan yang terbaru ada pentolan kader PDI Perjuangan yang lebih memiliki mendukung dan mendeklarasikan Prabowo Subianto, yakni Budiman Sudjatmiko.
Prabowo Subianto bersama Koalisi besar itu, tentu secara logis kemenangan ada di depan mata, namun jika racikan strategi yang harus di olah sedemikian rupa salah mencampur, maka koalisi tersebut bisa menjadi tidak sedap di hadapan rakyat.
Begitu pun sebaliknya, jika racikan strategi dengan campuran yang pass, maka akan menjadi pemandangan yang sedap untuk di nikmati.
Tentu dapur KKIR, berbeda dengan Dapur KPP, sebab master chef politik yang seharusnya meracik di belakang layar, justru tampil sebagai penganten.
Inilah yang kemudian menjadi hal yang cukup unik, sebab master chefnya harus menjadi pengantin di depan, maka di KKIR harus ada penggantinya sang master, agar racikan strategi yang sedang di olah itu tidak hangus.
Master Chef Politik di Koalisi PDI Perjuangan dengan Partai Persatuan Pembanguna, Megawati Memiliki Hak PrerogatifÂ
Koalisi partai penguasa tentu memiliki dapur tersendiri, lain halnya dengan KPP dan KKIR.
Koalisi PDI Perjuangan yang sedang mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden, tentu memiliki racikan bumbu strategi yang berbeda rasa dengan koalisi kempetitor.