Begitu pun dengan Indonesia sebagai salah satu negara yang diamanahi untuk menyelenggarakan Konferensi tersebut yang telah menghasilkan poin-poin penting bagi kemajuan ekonomi secara global.
Kehadiran para tokoh Bangsa seperti SBY, Megawati, Jusuf Kalla, Tri Sutrisno, Hamzah Haz dan Puan Maharani menjadi bagian penting  untuk mensukseskan konferensi tersebut, meski tidak bisa dipungkiri publik mencoba untuk menginterpretasikan pertemuan para tokoh bangsa tersebut.
Dalam perjalanannya memang SBY dan Megawati kerap berbeda haluan dalam perspektif kepentingan, sehingga publik pun menduga-duga yang kemudian dikaitkan dengan aspek politik yang berkembang dalam konstek saat ini.
Meski dalam jamuan satu meja tersebut tidak ada muatan politik, namun penafsiran dari publik membaca akan terjadinya kompromi antar kedua belah pihak.
Pertemuan para tokoh bangsa menjadi harapan kondusifitas menjelang pemilu 2024
Mungkin saja secara politis Megawati sebagai Lokomotif PDI-P dan SBY yang masih memiliki kendali kuat di partai Demokrat, jauh dari rasional ketika hendak menyandingkan Puan Maharani sebagai Capres dan AHY sebagai Cawapres.
Tetapi dalam konstalasi politik, hal itu bisa sangat mungkin terjadi, meski rasionalisasinya cukup tipis, namun perbedaan kepentingan antar partai itu, tidak lantas menjadi perbedaan yang prinsipil ketika dihadapkan pada kepentingan bangsa dan negara.
Momen yang cukup langka pertemuan para tokoh bangsa dalam satu meja bundar pada KTT G20, paling tidak menyatukan sebuah perbedaan untuk menjadi contoh dan sikap kenegarawanan para tokoh yang pernah menjabat sebagai presiden di negeri ini.
Dengan demikian pertemuan para elite dan tokoh bangsa itu menjadi angin sejuk yang harapannya mampu menyejukkan situasi dan kondisi politik nasional menjelang perhelatan akbar pemilu tahun 2024.