"Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) merupakan pertemuan antar kepala Negara untuk membahas sejumlah persoalan yang memicu tekanan terhadap perekonomian dunia"
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G 20) yang dilaksanakan di pulau Bali sudah resmi dibuka oleh Presiden Jokowi, para kepala Negara yang hadir mulai dari Joe Biden hingga Xi Jinping hadir dalam perhelatan Akbar tersebut.
Konferensi Tingkat Tinggi yang menjadi pertemuan penting antar kepala negara adikuasa pastinya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan Indonesia ke depan, pasalnya ditengah ancaman resesi dan semakin meningkatnya Inflasi menjadikan negara-negara berkembang cukup terpuruk pasca pandemi covid 19.
Ditambah lagi dengan sengitnya perang antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem ekonomi yang berdampak terhadap negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya Indonesia sebagai negara yang masih dalam koridor berkembang.
Rusia dan Ukraina negara yang memang sedang terjadi perang hingga menewaskan ribuan nyawa melayang, perang tersebut belum kunjung berakhir hingga sampai saat ini, meski beberapa kepala  negara berusaha mendamaikan, Namun hal itu menjadi cukup nihil keberadaannya.
Selain Rusia dan Ukraina, benih-benih yang bersitegang Negara Taiwan dan China sempat bersitegang, walaupun ketegangan itu mampu diredam oleh kedua belah pihak.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) yang mempertemukan antar kepala Negara di Pulau bali tentu harapannya menjadi momen perdamaian antar negara yang bersitegang.
Sebab dalam KTT G20 tidak hanya fokus membahas tentang ekonomi global, lingkungan dan energi, namun juga akan membahas tentang situasi dan kondisi dunia yang sudah cukup mengkhawatirkan, sehingga antar negara yang duduk dalam Konferensi Tingkat Tinggi di pulau Bali itu menjadi sarana perdamaian dan penguatan ekonomi dunia.
Perang sudah harus di sudahiÂ
Dampak perang sengit antara Rusia dan Ukraina tidak hanya memakan ribuan korban jiwa kedua belah pihak yang terlibat perang, namun dampaknya juga sangat dirasakan oleh negara-negara yang sedang berkembang, terutama soal sistem ekonomi yang semakin carut marut.