Kedua : Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi buruan masyarakatÂ
Tidak hanya pedagang eceran yang kerap melakukan antrian, masyarakat yang membutuhkan BBM pun juga harus bersabar dan siap berpanas-panasan untuk mendapatkan BBM yang masih di subsidi oleh pemerintah.
Selisih harga membeli BBM di pedagang eceran dan di SPBU meski selisih seribu atau 2 ribu, menjadi pilihan untuk bisa lebih berhemat lagi, sehingga tidak heran jika SPBU semakin mengular Pasca BBM dinaikkan.
Tidak hanya petugas SPBU saja yang kerap kewalahan, sampai BBM nya pun habis terjual dengan begitu cepatnya, sehingga SPBU dibeberapa daerah, mengalami kekosongan dan harus tutup sebelum waktunya.
Bbm yang bersubsidi tidak hanya diburu oleh masyarakat pada umumnya, para pedagang eceran pun, juga berburu untuk membeli BBM bersubsidi di SPBU.
Ketiga : Selisih harga akan jauh berbeda ketika masyarakat membeli BBM lebih banyakÂ
Mengisi BBM sampai 50.000, mending membeli ke SPBU, pasalnya dengan harga yang demikian menjadikan sepeda motor sudah hampir full, sementara jika belineceran harus 60.000, itu pun kadang masih belum full.
Membeli BBM di SPBU dengan Membeli BBM di pedagang eceran tidak hanya selisih harga saja, bahkan bisa selisih dengan kondisi BBM yang diisi, sehingga menjadi sebab masyarakat untuk membeli ke POM ketimbang membeli eceran, disitulah salah satu faktor menyebabkan antrian yang mengular di sejumlah SPBU.
Keempat : Pendapatan dan Pengeluaran yang tidak berimbangÂ
Sebelum BBM di naikkan, beberapa harga pokok sudah mulai naik, ditambah lagi dengan harga BBM dinaikkan, otomatis menyebabakan harga bahan poko juga ikut naik.
Sementara bagi masyarakat kelas bawah, kondisi ekonomi semakin sulit dan tercekik, dimana tingkat pengangguran yang semakin tinggi, akibat banyak pekerjaan yang sudah beralih ke mesin, ketimbang tenaga manusia.