"Akselerasi pertumbuhan transaksi digital kini sudah kian cepatnya, di mana mudahnya melakukan transaksi dengan uang digital menjadi tren kekinian, sehingga penggunaan uang secara manual sudah "dianggap" konvensional, meski dalam sisi tertentu transaksi dengan uang kertas masih sangat dibutuhkan."
Perubahan, perkembangan dan pertumbuhan serta pergantian zaman sudah tidak bisa dielakkan lagi, sebab canggihnya teknologi digital sudah menjadi lifestyle dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dibalik pesatnya perkembangan menuju kepastian akan suatu perubahan dalam hidup kita, menjadi sebuah tantangan tersendiri, akankah uang kertas akan segera diparkir ditempat penyimpanan manual ataupun diruang digital.
Teknologi digital juga memiliki sisi kelemahan, dan itu tidak bisa kita pungkiri, meski saat ini masyarakat pada umumnya sudah sangat nyaman dengan uang digital sebagai bagian dari hidup untuk melakukan transaksi.
Kebutuhan sehari-hari pun, bisa dilakukan sambil duduk santai, memesan disuatu aplikasi tertentu, baik kebutuhan perjalanan, makanan, pemesanan tiket, hotel, dan lain sebagainya sudah bisa dilakukan transaksi yang tidak dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu, kapanpun bisa dilakukan.
Pertanyaan sederhananya, sejauh mana kesiapan kita menerima arus informasi teknologi dan penggunaan digital yang efektif-efisien, terutama soal pengelolaan keuangan yang tersimpan di ruang digital?
Apapun itu yang penting ada uangnya, sekelas profesor pun akan dibuat bodoh soal pengelolaan jika tidak ada uangnya, begitulah kira-kira anekdot yang kerap kita dengar di berbagai platform media sosial.
Mungkinkah uang kertas akan ditarik dari peredaran, Jika masyarakat sudah menggandrungi transaksi digital?
Dikutip dari laman cnbcindonesia.com, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, mengatakan pertumbuhan mobile banking juga mengalami peningkatan sebesar 49%. Sedangkan pertumbuhan penggunaan uang kertas, menurutnya sangat kecil atau hanya berada di kisaran 6-9%.