"Selamat tahun baru Islam 1444 Hijriyah, yang bertepatan dengan 30/07/2022, Â semoga di tahun baru Islam ini kebaikan demi kebaikan antar sesama terjalin dengan baik, saling memahami, mengasihi, dan menghormati ditengah kehidupan masyarakat multikultural"
Indonesia dengan mayoritas sebagai penduduk muslim, tidak lantas jumawa atas kebesaran kelompok atau pun golongan, karena sejatinya masyarakat Muslim maupun non muslim harus saling menjaga, menghormati, mengasihi supaya tercipta kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menjaga persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat yang memiliki banyak perbedaan, mulai perbedaan suku, budaya, bahasa, keyakinan, tidak lantas menjadikan masyarakat kita tercerai berai karena adanya suatu perbedaan.
Justru perbedaan merupakan kekayaan yang dimiliki oleh negeri ini yang tetap berpegang teguh pada Bhineka tunggal Ika, berbeda-beda, tapi hakekatnya tetap satu, satu bahasa yakni bahasa Indonesia.
Disinilah kekayaan negeri tercinta ini yang hidup rukun berdampingan dalam kemajemukan, meski ada riak-riak dan ketegangan yang kerap di goreng oleh para oknum untuk memecah belah persatuan itu sendiri.
Dalam tradisi ummat Islam bulan Asyuro, atau bulan Muharram kerap dianggap sebagai perayaan anak Yatim, karena para dermawan atau orang yang memiliki penghasilan kerap berbagi atau menyantuni anak-anak yatim dan kaum dhuafa.
Mengapa anak-anak yatim, kaum fakir dan duafa perlu di santuni ? Sesuai apa yang di ajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, "Siapa orang yang mengusap kepala anak yatim (menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap oleh tangannya" (Hadits ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin).Â
Terlepas adanya pro dan kontra terhadap hadist diatas, karena ada yang berpendapat bahwa hadist tersebut Dhaif atau sanadnya Lemah, namun dalam konstek kebaikan menurut hemat penulis hal tersebut merupakan kebaikan yang menjadi motivasi bagi kita semua.
Sudah menjadi kewajiban kita semua sebagai makhluk yang sempurna untuk saling berbagi, terutama bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa, karena kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan kita juga, dan kesengsaraan para anak yatim dan kaum dhuafa, kita semua yang akan menanggung dosa, apalagi sampai menelantarkan anak-anak yatim yang butuh asuhan dan bimbingan.
Tanggal 10 Muharram atau disebut pula bulan Asyuro, membahagiakan anak yatim adalah kewajiban kita semua
Mengapa para anak-anak yatim dan kaum dhuafa perlu diperhatikan, dan kita bantu sesuai dengan kapasitas yang kita miliki? Karena pada dasarnya anak yang disebut yatim adalah anak yang ditinggal untuk selama-lamanya oleh Bapaknya, karena menafkahi anak tersebut adalah kewajiba bapak kandungnya sendiri.
Sementara anak yang di tinggal bapak dan ibunya do sebut dengan yatim piatu, Sampai dimana ukuran anak yatim yang harus dipelihara dan diperhatikan oleh kita semua ? Dalam ajaran ummat muslim, anak yang disebut yatim atau yatim piatu adalah anak yang masih belum mencapai umur baligh, yakni anak dibawah umur 10 tahun.
Selama dibulan Muharram ini, menyantuni, mengasihi, dan memperhatikan anak yatim pada hakekatnya tidak harus tanggal 10 Muharram, karena berbuat kebaikan dan kebajikan tidak harus menunggu hari, waktu dan tanggal, cuman apa yang di contohkan oleh Baginda Rosul pada tanggal tersebut memiliki banyak keutamaan, di kala menyantuni anak yatim sambil mengusap kepala anak-anak sebagai bentuk cinta dan kasih sayang kita pada mereka.
Karena pada dasarnya anak-anak tersebut tidak pernah menginginkan menjadi anak yatim, hanya saja ada ketentuan dan garis kehidupan yang sudah ditentukan sejak mereka belum lahir kedunia ini.
Dengan menyantuni anak yatim kebahagiaan akan datang dari arah yang tak disangka-sangka
Apa yang kita berikan pada mereka (anak-anak yatim) dengan ketulusan dan kerendahan hati, semata-mata berbuat kebaikan untuk membahagiakan mereka, karena mereka sangatlah berhak untuk bahagia.
Dengan menyantuni anak yatim, bukan lantas untuk mendapatkan imbala yang setimpal dari Tuhan, namun kebaikan yang kita lakukan pertama sebagai bentuk Syukur atas nikmat yang diberikan oleh yang maha kuasa baik nikmat sehat maupun nikmat Rizki.
Artinya berbagi kebaikan pada anak yatim sejatinya adalah keikhlasan hati untuk melihat mereka tersenyum, tanpa mengharap timbal balik dari Tuhan, meski pada kenyataannya nikmat yang diberikan oleh Tuhan akan semakin bertambah luas, meski tidak pernah kita minta dan tidak disangka-sangka.
Berbuat kebaikan dan menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa di bulan Muharram ini memanglah dianjurkan, karena banyak keutamaan-keutamaan yang diberikan oleh Tuhan pada kita, meski keutamaan tersebut tidak terbalas di panggung dunia ini, sejatinya keutamaan tersebut bisa saja dipersiapkan pasca kematian kita, semoga kebaikan-kebaikan yang diamalkan didunia ini kelak membawa cahaya penerang di alam ukhrowi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H