Sudah 10 tahun lamanya, menerbitkan buku yang berjudul "Gus Dur dan Pendidikan Islam, Upaya mengembalikan Esensi pendidikan di Era Global" menjadi saksi sekaligus kenangan, meski tidak mendapatkan royalti tak seberapa dari pihak penerbit.
Sebagai bukti bahwa penulis pernah menerbitkan buku sendiri yang harus bersusah payah memasarkan sendiri.
Berbeda dengan saat ini, dimana zaman digitalitalisasi ini sudah sangat mudah menerbitkan buku sendiri, sampai memasarkan sendiri baik secara online maupun offline.
Tidak pernah menyangka buku tersebut akan diterbitkan oleh pihak penerbit Arruz Media Yogyakarta, sebab buku tersebut bisa di bilang tulisan receh dari penulis yang masih perlu banyak belajar tentang aspek kepenulisan.
Berbagai hambatan untuk menyelesaikan buku tersebut memang tidaklah mudah, butuh kegigihan ekstra, sampai buku tersebut terbit.
Apa saja yang seharusnya kita lakukan ketika hendak menerbitkan buku sendiri ? Barangkali pengalaman ini bisa kita ambil hikmahnya.
Pertama : Wajib memiliki Naskah yang sudah di selesaikan
Menjadi penulis buku itu sangatlah berbeda dengan penulis seperti jurnalis yang bersifat temporer, namun penulis buku harus mampu menjabarkan situasi dan kondisi dan mengurai isi buku tersebut, serta relevansinya dengan konstek saat ini.
Memiliki teks baik yang soft copy maupun hard Copy, tentu harus di perlihatkan pada penerbit dan tokoh akademisi, sehingga rasionalitas dari isi buku yang hendak kita terbitkan lebih bermakna dan bisa di terim oleh khalayak umum.