"Pesatnya Zaman yang bergerak begitu cepatnya, begitu besarnya telah merubah sistem dan adat budaya dalam kehidupan masyarakat, begitupun cara pandang masyarakat terhadap kaum sarungan ini juga telah mengalami perubahan"
Pernahkah kita menjadi santri ?
Pertanyaan sedehana diatas sangat erat kaitannya dengan pengalaman, dimana pengalaman yang juga di sebut sebagai guru dalam diri kita tentu saja memberikan pandangan dan cara yang beragam mengenai santri sebagai kaum sarungan.
Kaum sarungan yang terkesan "kolot" dan kurang terbuka, rasanya sudah kurang begitu tepat untuk saat ini jika di sematkan pada mereka, karena kaum sarungan pun memiliki peluang sama dalam kompetisi global.
Dilihat dari perspektif sejarah, bahwasanya pendidikan tertua di bumi Nusantara ini adalah pondok pesantren dengan nilai-nilai kesantriannya yang identik dengan kopiah dan sarung.
Maka kemudian tidak heran jika pemerintah memberikan apresiasi yang besar terhadap kaum sarungan ini, karena konstribusinya yang besar pula bagi pembangunan Sumber daya manusia di bumi Nusantara ini.
Bahkan Kiai Haji Abdurrahman Wahid yang akrab di sapa dengan Gus Dur juga berlatar belakang santri yang juga pernah menduduki kursi RI 1.
Itulah fakta sejarah yang terpisahkan bahwa bumi Nusantara ini, hakekatnya tidak pernah bisa lepas dari keberadaan kaum sarungan, serta konstribusi terhadap negeri ini.
Menjelang peringatan hari Santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2021 sejumlah lembaga, ormas islam memang sudah mempersiapkan diri untuk menyambut dan memperingati hari santri tersebut.
Sebagai sebuah refleksi dan evaluasi diri dalam konstek saat ini dimana sudah terjadi polarisasi mengenai konsep pendidikan dipondok pesantren dengan berbagai metodenya, dimana secara umum ada dua hal yang hendak penulis urai.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!