"Cancel Culture Laksana Pedang Bermata dua, satu sisi ia bisa menjadi alat dalam menjunjung keadilan sosial, disisi yang lain ia bisa berubah menjadi alat intimidasi secara massal"
Cancel culture rupanya sudah berkembang sejak cukup lama, meski telah mengalami perubahan dan pergeseran, Karena pada praktiknya cancel culture bisa menjadi alat pembunuh bagi publik figur ataupun bagi kehidupan seseorang di tengah masyarakat.
Untuk lebih mudahnya memahami apa itu sebetulnya Cancel Culture, Kita bisa melihat dan mempelajari dari kasus pedangdut tanah air yang beberapa waktu lalu menghirupan udara bebas, setelah beberapa tahun menjalani hukuman karena perbuatannya mengenai pelecehan dan penyuapan.
Namun naas Saipul Jamil yang baru bebas di sambut bak pahlawan oleh para penggemarnya, dan sontak banyak masyarakat yang geram atas perilaku tersebut, bahkan KPI dan TV yang menayangkan Saipul Jamil menjadi buah bibir dan kecaman keras atas apa yang sudah di lakukan oleh sang pedangdut berusia 41 tahun tersebut.
Dari peristiwa Saipul Jamil itulah kemudian Ramai di media sosial, petisi pemboikotan Saipul Jamil untuk kembali tayang di layar lebar, sehingga petisi tersebut telah di tanda-tangani hingga mencapai 300.000 lebih, sebagai gerakan pemboikotan.
Dari kasus tersebut memang mengundang banyak reaksi tidak hanya dari kalangan masyarakat secara umum, namun kalangan selebritis pun juga menyayangkan akan sambutan pedangdut tersebut yang di arak bak pahlawan.
Baca Juga :Â Udara kebebasan dan Petisi boikot Saipul Jamil terus bergulir
Cancel culture di Indonesia juga mengalami perubahan dan perkembangan, dimana cancel culture ini bisa terjadi kepada siapa saja, namun faktanya cancel culture ini kerapkali dijadikan sebuah alat untuk membunuh karir, karakter, serta eksistensinya.
Cancel Culture, sebagai fenomena penghakiman secara sosialÂ
Orang yang memiliki pengaruh besar baik sebagai selebriti, influwncer, politisi, pengusaha dan berbagai profesi lainnya, sangat mungkin akan terkena yang namanya cancel culture.