Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenang Kemerdekaan dan Merawat Keindonesiaan

8 Agustus 2021   21:12 Diperbarui: 13 Agustus 2021   09:00 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Indonesia, bendera merah putih. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

"Sejak pandemi covid 19 melanda belahan dunia, banyak perubahan kegiatan yang diberlakukan untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran virus yang cukup berbahaya tersebut, tak terkecuali kegiatan yang selalu dilaksanakan oleh pemerintah mulai dari tingkat pusat sampai ditingkat pedesaan harus sejenak terhenti karena wabah masih belum bisa dipastikan akan berakhir"

Sebelum adanya pandemi, ketika sudah memasuki bulan kemerdekaan, yakni bulan Agustus, dimana bangsa Indonesia yang sebentar lagi akan merayakan kemerdekaan dengan cara yang sederhana karena masih dalam situasi pandemi, dengan tetap memakai protokol kesehatan, menjadi pemandangan yang sudah tidak biasa.

Tidak ada lagi keramaian dan perayaan menyambut hari kemerdekaan seperti dahulu, sepi karena tidak ada lagi kompetisi yang nyata, seperti perlombaan di pojok-pojok kampung.

Saat ini merayakan kemerdekaan, seperti merayakan kenangan, cukup dilakukan di setiap rumah bersama keluarga.

Sudah tidak ada lagi lomba lari karung, lomba makan krupuk, lomba sepakbola, lomba bola voli, lomba menggigit sendok yang diatasnya ada kelereng, lomba panjat pinang, lomba gerak jalan, dan lomba-lomba yang edukatif lainnya.

Kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke 76 ini, seperti lilin yang diterpa angin, terhempas dan padam, laksana kenangan yang hanya ada dalam ingatan.

Baca Juga : Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu berdikari

Kemeriahan menyambut kemerdekaan, terhempas oleh pandemi, diam tak ada perayaan, semua terhenti karena ada rasa khawatir penyebaran, jika melakukan kerumunan.

Ilustrasi : megapolitan.kompas.com
Ilustrasi : megapolitan.kompas.com

Sebagai negara yang terdiri dari berbagai macam pulau, adat-budaya, rasa, keyakinan, bahasa merupakan kekayaan yang wajib untuk dijaga dan dilestarikan.

Kemerdekaan sebuah bangsa yang diperjuangkan dengan air mata dan tetesan darah oleh para pendahulu kita, sejatinya momen perayaan kemerdekaan adalah mengenang para pejuang yang telah mendahului kita.

Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan beragam macam suku, adat, ras, keyakianan dan bahasa, sudah seharusnya kita sadari bersama, bahwa kemerdekaan itu ada milik dari setiap warga negara Indonesia.

Kemerdekaan sebuah bangsa di tengah masyarakat yang majemuk, setidaknya menggugah rasa nasionalisme dan rasa toleransi setiap warganya.

Setiap rumah sudah berkibar bendera merah putih, masyarakat ikut serta merayakan kemerdekaan meski dirumah saja, karena menyambut kemerdekaan saat ini masih mengharuskan dirumah saja.

Kemerdekaan hakekatnya merupakan wujud nyata bagi masyarakat Indonesia untuk menciptakan perdamaian, hidup gotong royong, dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi ditengah keberagaman masyarakatnya.

Seperti apa merayakan kemerdekaan tahun ini ! Apakah akan ada instruksi dari pemerintah, dengan memerintahkan setiap rumah untuk memutar lagu Indonesia Raya sebagai wujud kecintaan kita pada negara dan mengenang para pahlawan yang telah gugur membela tanah air ini.

Atau merayakan secara diam dengan cara mendoakan para pahlawan yang telah gugur di Medan perang!

Memang kondisi saat ini begitu berat, dan bangsa Indonesia tidak sedang baik-baik saja, dimana kondisi Pandemi masih membayangi setiap warga negara.

Momentum kemerdekaan yang ke 76, menjadi pelajaran sejarah yang harus disampaikan pada generasi penerus bangsa.

Mengingat apa yang menjadi pesan Presiden pertama Republik ini yang mengatakan "musuhku sangat jelas karena melawan penjajah, tapi musuh kalian (generasi penerus) sangat tidak jelas, karena musuhnya adalah saudara kalian sendiri".

Sepertinya pesan sang proklamator itu sudah sampai pada situasi saat ini, dimana musuh yang tidak kasat mata, saling tuduh dan fitnah, adu domba, penindasan, ketidakadilan, korupsi, menjadi fenomena yang di anggap biasa. 

Masyarakat Indonesia seperti Merdeka dalam ketidakmerdekaan, ketimpangan sosial, tajamnya hukum kebawah dan tumpul keatas sudah menjadi fenomena yang kerapkali di pertontonkan secara telanjang.

Seperti hukum dalam rimba, siapa yang terkuat, ia akan berkuasa, begitulah kondisi bangsa yang majemuk itu.

Oleh karenanya setiap warga harus merdeka dan jauh dari penindasan baik penindasan secara politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.

Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya dan tentunya jiwa cinta tanah air menjadi pelajaran yang harus selalu di dengungkan pada generasi penerus bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun