Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketuhanan yang Maha Esa

2 Juni 2021   23:35 Diperbarui: 2 Juni 2021   23:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www//erinyudha.wordpress.com

"Mensyukuri atas peringatan lahirnya Pancasila, sebagai ideologi dan simbol negara dalam  menyatukan seluruh perbedaan menjadi kesatuan, demi terciptanya, kerukunan, kedamaian antar ummat yang multi Kulur, multi etnis, multi keyakinan, dan multi-multi yang lain, sebagai sebuah khazanah atau kekayaan bangsa Indonesia".

Pada sila pertama yang berbunyi 'Ketuhanan Yang Maha Esa', sebuah gagasan dan nilai luhur yang mewakili seluruh keyakinan ummat beragama di Nusantara ini. Kita ketahui bersama bahwa sampai detik ini 6 agama masih hidup dalam rasa toleransi, kerukunan, kedamaian di tengah perbedaan yang saling menyempurnakan.

Di negeri yang berjajar pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri dari ummat Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu, tidak menjadikan perbedaan sebuah keyakinan menjadi ajang permusuhan, namun perbedaan itu telah menjelma kehidupan yang rukun dan saling membantu, walaupun ada sebagian kecil dari para oknum yang membuat kisruh dengan mengatasnamakan agama.

Sebagai falsafah bangsa, sila pertama  sebagai ideologi berbangsa dan bernegara, sudah mewakili sistem kepercayaan yang di anut oleh warganya, jadi kurang elok rasanya, ketika Pancasila dipertentangkan dengan agama-agama yang ada di negeri ini, pasalnya sila pertama merupakan hasil dari musyawarah mufakat yang di wakili oleh para tokoh antar ummat beragama, sebagai nilai luhur yang harus di jiwai dengan sepenuh hati oleh warganya.

Pancasila jangan pernah di olok-olok, apalagi di plesetkan dengan kalimat yang kurang pantas, misalnya "satu kekuasaan yang maha esa", merupakan kalimat yang tentu saja menerobos nilai-nilai kepantasan, walaupun yang berucap punya tujuan dan niat menyindir penguasa.

Falsafah Pancasila disusun dengan keringat dan air mata perjuangan oleh the Founding Father ( Bapak Pendiri Bangsa), bahkan nyawa pun akan di korbankan dalam proses perjuangan menyusun falsafah pemersatu rakyat Nusantara ini.

"Tuhan" menjadi kalimat yang penyebutannya menjadi General dalam konstek keragaman. Jika Kristiani menyebut dengan Tuhan Alah, Maka di dalam Islam Tuhan sama dengan Allah yang Maha Esa. Pada hakekatnya semua yang memiliki agama di Negeri ini, mengakui adanya Tuhan yang maha esa, walaupun dalam prakteknya, memiliki manifestasi dan cara peribadatan yang berbeda sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Falsafah bangsa yang termaktub dalam sila pertama, tidak perlu lagi di pertentangkan, karena itu sudah final, dan sangat relevan dengan perubahan zaman, sehingga hal tersebut tidak selalubdi persoalkan dengan melakukan upaya penggembosan dan doktrinasi irrasional.

Kita ketahui bersama, Indonesia sebagai negara yang warganya 70% adalah muslim, acapkali menjadi ruang adu domba dan memecah belah ummat, untuk kepentingan politik dan segelintir kelompok untuk tujuan tertentu, lebih ironis lagi ketika ummat beragama harus dihasut untuk saling membenci dengan memasukkan unsure agama di dalamnya.

Dengan jumlah penduduk muslim mayoritas, menjadikan masyarakat kita terpolar akibat hasutan para oknum untuk memecahnya dengan cara membuat sebuah kelompok yang kemudian ingin membuat negara dengan satu keyakinan saja, tentu hal tersebut cukup meresahkan bagi agama-agama yang lain di negeri ini.

Butir 'Ketuhanan Yang Maha Esa', sebagai falsafah bangsa, sudah harus di ajarkan pada anak sedini mungkin, dengan cara mengahafal kalimat yang ada di Pancasila, sampai pada perilaku yang mencerminkan nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Nilai luhur Pancasila mestinya sudah menjadi jiwa masyarakat Indonesia yang mencintai terhadap perbedaan, mengasihi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta saling tolong menolong demi kebaikan, tanpa harus melihat perbedaan sebuah keyakinan.

Karena kita adalah warga Indonesia, maka harus pancasilais, sebagai manifestasi diri hidup berbangsa dan bernegara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun