Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Anak Kandung atau Anak Tiri di Negeri Ini?

2 Juni 2021   21:53 Diperbarui: 2 Juni 2021   22:07 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Instagram/koran.hmi

 "Baru-baru ini ramai diperbincangkan tentang pemecatan 51 pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan dilantiknya 75 pegawai yang lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), menjadi polemik yang di sorot oleh sejumlah kalangan".

Ada apa dengan KPK ?

Pertanyaan mendasar di atas, merupakan pertanyaan kecil dari rakyat biasa, seperti penulis ini, pasalnya Komisi Pemberantasan Korupsi yang memiliki kewenangan menyelesaikan sejumlah persoalan tentang korupsi terkesan di lemahkan oleh pemerintah secara keseluruhan.

51 pegawai KPK yang di pecat dengan kurang hormat bukanlah orang sembarangan, bahkan ada sejumlah tokoh yang memang benar-benar kompeten di bidangnya, namun naas harus di pecat dengan sejumlah alasan yang kurang rasional.

Ada banyak kejanggalan, jika kita amati secara seksama, terutama berkaitan dengan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang mencoba pertentangkan antara Al Qur'an dan Pancasila pilih yang mana ? Bagi seorang muslim dua hal tersebut tidak untuk di pertentangkan, karena Pancasila merupakan saripati dari Al Qur'an yang memiliki nilai-nilai yang sama, sehingga tidak perlu di pertentangkan. Masing-masing isi dari sila ke 1 sampai 5, sudah sangat jelas di Alquran sebagai ajaran sekaligus pedoman bagi ummat Islam.

KPK sebagai lembaga Negara, dan memiliki garis intruksi dan kordinatif secara langsung ke Presiden, justru ada upaya memecah belah, dan di lemahkan oleh para pemangku birokrasi yang membuat undang-undang.

Terlepas apakah hal itu  sebuah pengalihan dari kasus-kasus besar yang sedang menerpa para birokrat kita, atau memang ada unsur kesengajaan karena start pacuan politik sudah mulai bergerak.

Baca Juga : Start Berpacu Sudah Dimulai, Akankah PDI-P Kembali Melahirkan Leader Terbaiknya?

KPK di bentuk oleh eksekutif, dan di setujui oleh legislatif sebagai tangan panjang untuk menangani persoalan korupsi di negeri ini, namun saat ini mengapa harus di gembosi sedikian rupa, dengan beragam cara, supaya tidak terlalu garang pada persoalan-persoalan yang sedang ditangani.

Apakah ada kekuatan besar di balik peristiwa pelemahan KPK?

Jelas hal tersebut bagian dari skenario yang tidak bisa di bantah, karena ujung pangkalnya pada pacuan politik menuju suksesi tahun 2024, lantas siapa yang di untungkan?

Dibalik ada kekuatan besar yang telah merancang menggembosi tubuh KPK, tentu ada yang di untungkan dalam tragedi tersebut, lantas siapa yang di untungkan? Apakah lembaga eksekutif dan Legislatif? Atau para cukong yang berupaya masuk dengan melemahnya KPK, menjadi investor politik untuk memenangkan pertarungan tahun 2024.

Semua masih me reka-reka dan bertanya-tanya? Semua pengamat melihat dan mendengar skenario di balik sebuah peristiwa besar di tubuh KPK. Mereka menganalisa sesuai dengan kapasitas dan keahliannya.

Dari masa ke masa KPK memang acapkali digembosi karena profesionalitas penanganan masalah korupsi begitu garangnya, namun di balik garangnya KPK, tidak lantas membuat jera para koruptor, justru mereka terus melawan, salah satunya dengan menggembosi KPK sebagai lembaga yang menangani masalah korupsi.

Beragam pendapat dan spekulasi terus bermunculan, mulai dari Presiden harus turun tangan, sampai sejumlah pengamat menganalisa problem di tubuh KPK yang banyak kejanggalan.

Tanda tanya besarnya, ketika pegawai KPK harus Di berhentikan, karena di anggap tidak kompeten, bahkan ketika Tes Wawasan Kebangsaan mereka mendapatkan nilai rendah, menjadi sebuah sorotan yang bisa di bilang sangat Janggal, bahkan lebih ironis lagi ada fakta yang menunjukkan bahwa mereka yang tidak lolos TWK, karena tidak bisa di bina, atau mungkin ada unsur kesengajaan bahwasanya yang berkompeten harus "dibinasakan". Lagi-lagi persoalan di tubuh KPK menjadi blunder.

Tes Wawasan Kebangsaan yang janggal dan kurang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan, mengesankan kental dengan akrobat para pejabat untuk kepentingan-kepentingan kelompok, sehingga pertanyaan-pertanyaan TWK blunder dan janggal di depan publik.

KPK Anak Kandung atau anak tiri ?

Di amati dari perjalanan sejarahnya sejak di bentuk dan di setujui oleh Eksekutif dan legislatif, Jelas KPK anak Kandung yang lahir dari rahim ibu Pertiwi, lantas mengapa mereka di kebiri layaknya anak tiri?

Meski anak kandung, kemungkinan KPK sangat berani terhadap bapak/ ibunya, mereka tetap akan bilang "katakan yang benar walaupun pahit", kebenaran itulah yang selalu ingin di ungkap oleh KPK dalam konstek penanganan korupsi di bumi Pertiwi ini.

Maka tidak heran jika KPK akan terus berjuang melakukan yang terbaik, sebagai lembaga yang menangani masalah korupsi, meski tidak bisa kita pungkiri di tubuh KPK juga banyak oknum yang berupaya menjadi tikus dalam sangkar.

Masih kita yakini bahwa KPK masih terus menjadi lembaga yang kritis dan tidak akan pernah berkompromi dengan para penjahat pencuri uang rakyat, meski proses pelemahan itu akan berulang kali terjadi.

Dari kisruhnya KPK, mari kita lihat dan amati episode selanjutnya dalam serial akrobatik Politisi Versus KPK..! Yang akan tayang dalam setiap pemberitaan di negeri kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun