Menjelang pelaksanaan hari raya idul Fitri 1442 Hijriyah, beberapa swalayan di negeri ini, dipenuhi oleh pengunjung yang berjubel untuk mendapatkan barang yang diinginkan dalam rangka kebutuhan pelaksanaan hari raya idul Fitri.
Tidak peduli meski pandemi covid 19 masih melanda, seperi tidak sedang menghiraukan himbauan pemerintah untuk menjaga jarak, bahkan lebih ironis lagi, disamping tidak menjaga jarak, banyak pula yang tidak memakai masker, yang hal tersebut berpotensi membuat kluster baru dalam penyebaran covid 19, Karen kita tahu sebelum diberlakukan mudik pada Kamis (06/05/2021), banyak pemudik yang sudah kembali ke kampung halamannya.
Indonesia dengan beragam suku, ras, agama dan bahasa ini, dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa, yang 75% adalah penduduk muslim, momentum hari raya idul Fitri sebagai ajang silaturrahmi dan bersua dengan sanak keluarga. Disamping itu pula, diketahui bahwa mayoritas penduduk kita adalah masyarakat konsumtif, sehingga nafsu untuk berbelanja sangatlah besar, dan tentunya larangan untuk tidak berkerumun seakan hanya pledoi pemerintah saja, bahkan lebih ironis lagi, mereka tidaklah takut akan kematian, tetapi yang lebih di takuti ketika anak-istri tidak berbelanja memenuhi kebutuhan hari raya.
Momentum hari raya idul Fitri 1442 Hijriyah, kita akan belanja apa? Pertanyaan yang menggelitik, sekaligus mengundang decak kagum, bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat konsumtif, bahwa belanja kebutuhan hari raya, seakan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, sementara disisi yang lain, pandemi jnj membuat sebagian masyarakat mulai tercekik dengan kondisi yang kurang membaik akibat pandemi yang sudah kurang lebih dari satu tahun ini berjalan.
Seperti kota Jember yang di kenal dengan kota suwar-suwir, ada pula Jember sebagai kota pandhalungan yang merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk mencapai 1.880 juta jiwa, terdiri masyarakat Jawa, Madura, Arab, Batak dan lain sebagainya, yang merupakan perpaduan antar budaya yang berkembang.
Hari raya H-5, pusat perbelanjaan pun tak bisa di elakkan. Mall- Mall besarpun tidak luput dari incaran konsumen untuk berbelanja memenuhi hasrat kebutuhan hari raya idul Fitri, seperti lupa bahwa kondisi hari ini masih dalam ruang menyebarnya wabah pandemi, sehingga haruslah lebih hati-hati dan lebih bijak lagi untuk berbelanja dengan kerumunan manusia yang berjubel tanpa jaga jarak. Sosial distancing pun hanya menjadi slogan dan himbauan saja, bukan berarti mereka lupa atau tidak tahu bahwa saat ini masih dalam kondisi Pandemi, namun mereka lebih mementingkan hawa nafsu untuk berbelanja, ketimbang menjaga kesehatan yang lebih utama.
Pertanyaannya apakah ada mall yang bisa membelin kesehatan? Maka jawabannya hanya rumah sakit dan Apotik yang bisa belanja obat untuk mengurangi rasa sakit. Bagaimana memenuhi kebutuhan hari raya idul Fitri?
Kebutuhan hari raya idul Fitri, sesungguhnya bisa berbelanja jauh-jauh hari, dimana kondisi tempat perbelanjaan tidak sedang berjubel seperti saat ini. Mempersiapkan lebih awal malah semakin baik, ketimbang sudah hampir menjelang hari raya, kenapa demikian? Karena kondisi Pandemi ini, masih banyak terdeteksi keberadaannya, terutama di Jawa timur dan Bali yang masih terdeteksi covid 19 dengan varian baru.
Belanja sehat! Lebih utama di tengah kondisi yang kurang menentu. Dimana ekonomi yang jatuh kebawah, banyak perusahaan yang tutup, dan banyak pula karyawan yang terkena PHK, menjadikan kondisi saat ini cukuplah memprihatinkan.
Dengan demikian berbelanja harus lebih bijak lagi, dan disesuaikan dengan kebutuhan hari raya idul Fitri saja, dan tidak perlu berlebihan, apalagi harus berdesak-desakan untuk memperoleh barang yang diinginkan. Lebih baik menjaga sehat, dari pada harus menanggung rasan sakit, serta ikut serta memutus mata rantai pandemi di tengah hari raya idul Fitri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H