Bagi masyarakat Jawa malam selikuran atau memasuki malam yang ganjil pada akhir bulan Ramadhan merupakan hari-hari yang istimewa, terutama bagi masyarakat yang sudah masuk usia sepuh, dimana malam-malam yang ganjil di Minggu terakhir bulan Ramadhan, merupakan hari-hari untuk menyambut turunnya  Lailatul qodar.
Tradisi masyarakat kami, menyambut datangnya malam Lailatul Qodar, dengan slametan yang sederhana, yakni membagikan apem yang di campur dengan gula merah, ada pula di campur dengan santen, dan ada pula yang dicampur dengan susu, sehingga menambah nikmat saat hendak berbuka bersama.
Malam Lailatul qodar bagi ummat muslim didunia, merupakan malam yang diyakini lebih baik dari seribu bulan, karena pada malam itu diturunkannya Wahyu Al Qur'an kepada nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril serta para malaikat, dan tentunya malam turunnya Lailatul qodar merupakan malam yang penuh dengan keberkahan sampai datang terbitnya sang fajar.
Malam yang sangat istimewa itu diyakini berada di waktu atau tanggal ganjil di akhir bulan ramadhan, mulai dari tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29, dimana malam-malam yang istimewa tersebut merupakan malam-malam yang menambah kekhusuan bagi ummat muslim untuk mendekatkan diri pada sang pencipta.
Pada malam itu ummat muslim di dunia, menyambutnya dengan perasaan bahagia, sekaligus bersedih. Bahagia karena menyambut datangnya malam Lailatul Qadar, dan bersedih, karena merupakan hari-hari terakhir dibulan suci ramadhan.
Minggu terakhir dibulan suci ramadhan, menjadi suatu harapan bagi ummat muslim untuk semakin meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, lebih banyak lagi membaca Al Qur'an, serta memperbanyak sholat Sunnah yang di anjurkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw.Â
Kapankah malam Lailatul Qadar itu akan turun? Tak ada seorang pun yang tahu, karena itu merupakan hak preogatif Allah SWT, namun ummat muslim hanya melihat dan memprediksikan bahwa malam yang penuh dengan keberkahan itu ditandai dengan sejuknya alam, menjadikan situasi sangat tenang, sehingga pada malam itu ummat muslim semakin khusuk beribdah kepada Tuhannya.
Oleh karena itu mari kita sambut malam yang lebih baik dari seribu bulan ini, dengan penuh hikmat, dan selalu berharap untuk mendapatkan berkah dan hidayah pada malam- malam berikutnya, sehingga hal tersebut diharapkan menjadikan kita sebagai insan yang lebih baik lagi, dan menjadi keseimbangan antara hubungan dengan Tuhan maupun hubungan kita sesama ummat manusia, meski dalam bingkai perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H