Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harus Bangga Menjadi Bangsa Indonesia

13 Mei 2016   02:22 Diperbarui: 13 Mei 2016   02:53 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia atau juga seringkali disebut dengan Nusantara, merupakan tanah kelahiran, tanah asal-usul dimana kita tegak berdiri, maka, tidur, di bawah Ideologi Pancasila sebagai asas Negara yang perlu untuk di pahami secara utuh. Pancasila sebagai dasar Negara, melalui proses panjang, dari perjuangan para leluhur pendiri bangsa ini, sejak mulai dari zaman kerajaan hingga sekarang.

Bangsa ini sangat unik, bangsa ini sangat subur, bangsa ini sangat kaya, bangsa ini memilki milyaran keunikan yang tidak akan pernah habis, walau begitu sangat amat banyak problem yang menjadi guncangan di Negeri ini. secara alamiah, sudah banyak cobaan yang di berikan Tuhan terhadap bangsa ini, mulai sejak terbentuk teritorial Negara dengan sistem kerajaan dengan satu sistem sentralistik, dan sampai detik ini menjadi Negara dengan paham demokrasi, semakin menjadikan bangsa ini dinamis dengan berbagai persoalannya.

Menjadi bangsa Indonesia harus tunduk dan patuh terhadap Asas Pancasila, dan UUD 1945, sebagai sebuah aturan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena hal itu sudah final dalam bentuk kajian teori, tetapi belum final dalam bentuk implementasinya, sehingga munculnya berbagai macam penafsiran dari tokoh cukup beragam, sehingga menjadi multitafsir dan menjadi kebingungan masyarakat.

Hakekatnya Rakyat ini cukup bergantung kepada pemimpinnya, selama pemimpin tersebut mampu mengimplemnetasikan aturan-aturan yang telah ditetapkan, namun dalam tata kelola, tentu ada strategi yang secara continuitas dimainkan oleh pemerintah itu sendiri. Jika the Founding Father mengatakan "bukan melawan dan mengusir penjajah yang berat, tetapi melawan saudara sendiri hakekatnya yang berat" kurang lebih redaknya seperti itu. Indonesia saat ini, ada kecenderungan perang melawan saudaranya sendiri, dengan berbagai macam bentuknya, dan hal itu tidak pernah lepas dari skenario dunia untuk membuat carut-marut Negara ini.

Ada banyak unsur-unsur pelemahan terhadap Negara tercinta ini, mulai dari masuknya paham-paham radikalisme, yang kemudian merembet menjadi terorisme dalam bentuk sebuah gerakan, yang sama sekali jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Tidak hanya paham radikalisme saja yang menyebar, namun penggunaan obat-obat terlarang cenderung lebih berbahaya lagi karena akan memutus mata rantai generasi bangsa, dan ini salah satu indikasi pelemahan bangsa ini. disamping kita dihadapakn pada dua hal buruk yakni menyebarnya paham-paham radikal, dan penggunaan obat terlarang oleh generasi muda, justru muncul kembali indikasi-indikasi paham Komunis, yang telah melukai bangsa ini pada 1965, dengan melakukan pemberontakan, dan pembunuhan terhadap jendral-jendral yang telah memperjuangkan bangsa ini, sehingga menjadi merdeka. Paham Komunis tersebut merupakan tragedi buruk dan sangat melukai bangsa ini.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan menata dan mengatur Negara ini, Karena bangsa ini Ibaratkan Hutan besar dan luas yang didalamnya beragam macam isinya, tetapi bukan berarti penulis menyamaratakan antara Negara dengan hutan lindung. Indonesia adalah Negara Unik yang terdiri dari ratusan pulau dari sabang mereauke, dengan suku berbeda, bahasa berbeda, keyakinan berbeda-beda, namun harus tetap dalam kesatuan Negara Republik Indonesia, Maka sesungguhnya kemajemukan dan perbedaa sebagai cinta dan kasih sayang untuk menjadi renungan dan pembelajaran bagi kita sebagai warga Negara yang baik.

NKRI Harga mati, maka ketika ada hal yang menyimpang dari NKRI, maka jelas harus di waspadai, karena prinsipnya berbeda-beda tapi tetap satu, satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun