Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Taruhlah Mimpimu pada Ketinggian Langit dan Bergeraklah Laksana Bumi Berputar

5 Mei 2016   14:15 Diperbarui: 23 Mei 2016   10:44 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi: istockphoto.com

Setiap manusia memiliki impian yang sedang dan akan diraihnya, begitu pula dengan penulis memiliki impian yang tidak terbatas, namun perlu disadari bahwa potensi atau kemampuan kita untuk meraih impian tersebut memiliki batas, sehingga raihlah mimpimu, sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Hanya dua hal yang akan mengantarkan manusia untuk meraih mimpinya, yaitu dengan berusaha yang di wujudkan dalam tindakan, dan berdoa kepada Tuhan yang esa, tempat bergantung seluruh makhluk yang hidup di alam semesta ini.

Kesuksesan dalam hidup, itulah yang sembari menjadikan manusia harus berupaya untuk mewujudkannya dalam kehidupan nyata, tetapi kesuksesan tersebut memiliki penafsiran yang berbeda-beda antara manusia yang satu dengan lainnya.

Perjalanan hidup manusia, guru terbaik adalah pengalaman. Artinya pengalaman pahit dan manis, gagal ataupun berhasil tentu manusia pernah mengalaminya, sehingga pengalaman menjadi bahan evaluasi dan proyeksi terbaik untuk mencapai harapan-harapan selanjutnya.

“Dalam hidup ini tidak ada tempat untuk berhenti, siapa lamban ia akan tergilas, dan yang bergerak ia akan di depan. Raihlah cita-cita itu untuk di realisasikan dalam kehidupan nyata” Unlimit8.

Cita-cita memang tidak dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu, jika cita-citamu setinggi langit, maka harus bergerak dari paling bawah, paling kecil, paling sulit, bergerak laksana bumi berputar, dengan konsistensi atau istiqomah, sehingga mimpi itu bisa menjadi nyata, kalaupun tidak menjadi nyata, maka kita pastikan bahwa Tuhan memiliki kehendak lain yang itu jauh lebih baik.

Setiap manusia memiliki mimpi untuk direalisasikan menjadi nyata, tetapi perlu kita sadari, bahwa mimpi itu tidak hanya berada di alam imajinasi, sehingga tidak mungkin menjadi  nyata, tetapi ada proses dan tahapan untuk merealisasikannya, sehingga mimpi itu benar-benar menjadi nyata.

Penulis juga memiliki mimpi untuk direalisasikan, mimpi besar nan indah itu harus melalui tahapan-tahapan untuk menjadi nyata, bisa diraba, dirasa, dipandang, dan di pegang, disamping itu ada pembuktian, sebagai upaya dan bentuk pengakuan, bahwa sesungguhnya kita bisa meraih mimpi itu untuk menjadi nyata.

Pentingnya Mengkonstruk Pemikiran

Sebelum tindakan dan peristiwa itu terjadi, maka hakekatnya tidak akan pernah lepas dari bangunan berpikir manusia sebelumnya, pemikiran yang tertanam hari ini, akan menentukan buahnya di hari esok. Begitu pula dengan mimpi untuk meraih asa yang melekat dalam pikiran menjadi cita-cita dan harapan untuk segera direalisasikan.

Pikiran positif akan menghasilkan buah positif dihari kemudian, begitu pula sebaliknya. Dari pemikiran yang seringkali disebut dengan Idea, akan menghasilkan arah dan tujuan, dan tujuan tersebut sangat bergantung terhadap niat dalam hati, apakah itu positif atau pun negative akan berdampak terhadap keputusan dan tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan kita yakini sebagai wahana untuk mengkonstruk pemikiran manusia, yakni merubah pola dan pembaharuan dalam konstek pemikiran, sehingga berdampak terhadap hidup ini yang juga tidak lepas dari pendidikan itu sendiri. Kita sepakati bersama, bahwa pendidikan adalah kawah candradimuka bagi generasi penerus bangsa untuk terus meningkatkan kualitasnya, walaupun tidak bisa kita pungkiri, bahwa ada banyak persoalan dan gejolak dalam dunia pendidikan kita, mulai dari kekerasan seksual, kererasan fisik dalam bentuk tawuran, kekerasan yang bersifat psikologis juga masih sering terjadi.

Tahun 2016 ini tercatat ada 5.000 kasus kekerasan dalam dunia pendidikan yang dilansir oleh detik.com, Oleh karenanya Menteri Pemberdayaan Perempuan Yohana Yambise menyatakan bahwa “Indonesia dalam kondisi darurat terhadap kekerasan anak”, menyikapi terhadap kekerasan pemerkosaan anak yang terjadi di Bengkulu, Menteri Yohana Yambise untuk mendorong aparat penegak hukum , untuk memberikan sanksi seberat-beratnya, kalau perlu hukuman mati bagi para pelaku pemerkosaan tersebut.

Pemerintah, Pelaksana Pendidikan, dan masyarakat merupakan elemen yang sangat penting untuk saling mengisi dan mengontrol terhadap sistem pendidikan kita, sehingga control, evaluasi, bimbingan, pembinaan terhadap peserta didik. Maju dan mundurnya bangsa ini, hakekatnya tidak akan pernah lepas dari sistem pendidikan kita. Pendidikan menjadi kuat, dengan sistem yang mapan, yakni berorientasi terhadap pengembangan skill, kognitif, dan afektif dari peserta didik itu sendiri. Sebagai salah satu dari bagian dari produk pendidikan di Indonesia, maka penulis tetap berpegang teguh terhadap filosofi bapak pendidikan kita yang menyatakan “Ing Ngarso Sung Tolodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, di Depan member Teladan, Di tengah member Bimbingan, dan di belakang member dorongan. (Ki Hajar Dewantoro).

Bahwa dengan pendidikan yang berorientasi terhadap pengembangan SDM, bangsa kita bisa maju, artinya kembali lagi terhadap sistem pendidikan kita yang masih belum sustainable, sebab dengan bergantinya menteri pendidikan, kebijakan akan selalu terjadi perubahan, sehingga membingungkan terhadap pelaksana pendidikan itu sendiri.

Oleh sebab itu kesuksesan seorang anak tidak akan lepas dari produk pendidikan, pengalaman, dan pengembangan ilmu pengetahuan mampu di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Raihlah Cita-Cita Itu Dengan Istiqomah

akuinginsuksesdotcom-572af237ae7a610e05998c0a.jpg
akuinginsuksesdotcom-572af237ae7a610e05998c0a.jpg
Ilustrasi: pinterest.com

Pasang surut, kegagalan, dan merasakah pahitnya kehidupan ini sudah menjadi hal biasa dan lumrah, karena hal itu sudah sering dialami. Hidup sudah memiliki pilihan dengan resiko-resiko yang harus di ambil. Jika pikiran menentukan keputusan, maka keputusan akan menentukan terhadap tindakan yang akan dilakukan.

Penulis memiliki cita-cita dan harapan untuk sukses dalam pendidikan, kalau perlu suatu saat nanti gelar professor bisa tercapai, namun harapan itu masih belum bisa tercapai, sebab banyak kendala, salah satunya karena factor perekonomian yang masih kurang mendukung. Ada dua hal cita-cita itu bisa diraih, pertama mengejar pendidikan karena hakekatnya penulis cukup haus akan pengetahuan, artinya penulis semakin banyak tahu, semakin bodoh yang kami rasakan, dan selalu ingin tahu, kedua mampu mengimplementasikan pengetahuan yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama selalu berkarya, menelaah fenomena social, fenomena alam, yang merupakan kekuasaan Tuhan yang maha esa.

Para senior penulis seringkali mengatakan, “mulai sekarang buatlah jurnal tentang hidupmu saat ini, setiap hari tulislah tentang pengalaman hidup, tentang persoalan yang menjeratmu, bahkan tentang cita-cita dan harapanmu, karena itu adalah bagian dari doa kepada Tuhan yang esa”. Begitulah kira-kira redaksi bahasanya. Dengan menulis, sebenarnya kita sudah membuat schedule dalam hidup kita, dan kemana arah dan tujuan kita hidup didunia ini?  Maka sesungguhnya kita sebagai manusia biasa, mampu memberikan manfaat kepada diri kita sendiri, keluarga, agama bahkan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat luas, merupakan salah satu kesuksesan dalam hidup kita, “karena hidup ini sekali, setelah itu mati, maka hiduplah yang berarti

Menjadi berarti itu gampang-gampang susah, dibilang susah, sebenarnya tidak susah, tetapi dibilang susah, hakekatnya gampang. Berarti identik dengan bernilai, maka sesungguhnya menjadi orang yang bernilai adalah orang yang memiliki pengetahuan, dan pengetahuan itu adalah cahaya yang mampu menerangi jalan hidup kita, maka carilah ilmu meski ke negeri china, dan carilah ilmu mulai sejak mulai lahir sampai pada akhir hayat”, disitulah sebenarnya nilai dan arti hidup itu, sehingga Tuhan akan menepati janjinya, yakni meninggikan derajatnya orang-orang yang berpengetahuan.

Dengan demikian harapan dan cita-cita kami, secara individual mampu menyelesaikan studi sampai akhir, dengan beberapa tahapan yang saat ini sedang ditempuh, kemudian secara social menjadi manusia bermakna dan bernilai itu tadi, karena dengan nilai itulah kita menjadi manfaat bagi diri sendiri, manfaat bagi keluarga, manfaat bagi agama yang diyakini, manfaat terhadap masyarakat sekitar, dan lebih luas lagi menjadi manfaat bagi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia Ini. (Wallahu A’lam Bissawab)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun