Mohon tunggu...
Akhmad Bumi SH
Akhmad Bumi SH Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Istri Nabi

31 Oktober 2018   22:42 Diperbarui: 3 November 2018   10:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi amanat kemanusiaan membawaku turun kebumi untuk melanjutkan perjalanan yang keempat yaitu "Perjalanan Bersama Manusia kembali", manusia bersama manusia berhimpun agar dapat saling membantu untuk "Nasuha". Akhirnya walau sudah diperjalanan ke-4, terkadang aku harus pulang kampung ke terminal 1, 2 dan 3. Dan betapa fenomenalnya amanat kemanusiaan di mata kuliah yang harus kutempuh berperan sebagai seorang istri, walau dosennya suamiku sendiri. Aku tetap harus belajar banyak agar biduk rumah tanggaku menjadi "Baiti Jannati".

Aku masih harus berjuang keras di semester ke-3 kuliah kehidupanku karena aku tidak semulia seperti istri-istri Nabi. Dengan sangat berat aku harus bisa ikut mata kuliah yang keempat "Peranan perempuan sebagai seorang Ibu". Semoga Allah memberikan Acc pada proposal do'a yang kami ajukan agar kami selalu menjadi abi dan ummi dari anak-anak kami hari ini dan kelak.

Hal itu aku rasakan begitu menjadi background yang sangat berpengaruh bagi kehidupanku. Mujahidku tercinta adalah seorang Trainer aktiv di setiap pelatihan, public politik dan kesibukan lain. kesibukannya terkadang seperti "Bang Toyyib" itu sih sebutan abah menggodaku ketika Harimku itu dua atau tiga hari belum sempat pulang bahkan berbulan-bulan berkeliling karena pekerjaan dan aktivitas lain. Alhamdulillah, akupun aktiv beraktivitas di wilayah public seperti biasa, kantor, arisan, kegiatan sosial dan aktivitas rumahan.

walhasil... kami seperti tim organisasi kampus yang begitu aktiv, seolah lupa bahwa ada dunia lain bernama Rumah Tangga yang sedang kami jalani, terkadang aku lupa membangunkannya karena keletihan, terkadang ia tidak sempat sarapan pagi karena diburu waktu, hingga di pintu kamar kami pun tak ubahnya seperti papan pengumuman di kampus dulu, disana tertulis jelas "NOTHING HOLIDAY UNTUK UMMAT". jadinya... sebagai seorang humairah aku sering merasa sedih bila menemaninya pergi ke dokter karena keletihannya kambuh, prioritas kebutuhan lebih banyak dialihkan untuk transportasi urusan kemanusiaan dan infaq. pertengkaran kecilpun tak terhitung lagi everywhere. Hanura yang pecah kami yang ribut, Prabowo yang mau Presiden kami yang rapat paripurna, caleg pada sibuk kampanye, kami yang sibuk diskusi meneropong pemimpin yang baik, untuk siapa? ha..ha... itu yang membuat lucu. Banyak hal yang kami lakukan tapi kami hanya tau bahwa apa yang kami lakukan hanyalah untuk ummat dan bangsa.

Akhirnya... 4 mata kuliah jurusan keperempuanan di 4 perjalanan hidup adalah ikhtiar panjangku tuk dapat bangga menjadi Muslimah. Karena aku diciptakanNya dari tulang rusuk, yang dekat ke tangan untuk di lindungi, dekat ke hati untuk di cintai.

Alhamdulillah.. "Aku tidaklah dewasa dan sedermawan seperti Khadijah al-qubra, tidak sesederhana Fatimah azzahra, tidak juga setulus Maryam, tidaklah setegar Hajar, tidak seikhlas Rabiatul adawiyah. aku juga tidak secerdas Aisyah al-wafa, dan aku bukan istri Nabi. Aku hanyalah wanita akhir zaman yang berusaha tuk 'Nasuha" menjadikan diri ini sholeha".

)* Ketua Kohati HMI  Cab Kupang, 2004-2005

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun