Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah AI

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Spaghetti Tulangan Kaki Lima: Kuliner Nyemek yang Bikin Orang Italia Nangis di Bawah Pohon Zaitun

31 Januari 2025   20:03 Diperbarui: 31 Januari 2025   20:03 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spaghetti Tulangan Kaki Lima (Sumber: https://id.pinterest.com/nj04707/)

Kalau ada yang bilang spagheti itu makanan mewah, elegan, dan berasal dari warisan kuliner Italia, saya setuju. Tapi, coba deh mampir ke jajanan kaki lima Indonesia yang menjual "spaghetti" murah meriah. Anda akan bertanya-tanya: ini spaghetti apa mie nyemek? Jangan-jangan, orang Italia kalau lihat ini langsung masuk fase denial budaya dan memilih untuk pura-pura amnesia. Jujur saja, saya baru-baru ini menemukan "spagheti kaki lima" di sebuah sudut kota kecil. Harganya murah, hanya Rp10.000 saja, dan disajikan dalam wadah styrofoam. Tapi begitu saya lihat isinya, harapan saya untuk menikmati spagheti ala Italia langsung terjun bebas. Alih-alih saus bolognese atau carbonara, saya disuguhi mie yang lebih mirip mie rebus, lengkap dengan tulang-tulangan yang jadi topping utamanya. Tulang-tulangan, bro! Kalau bisa ngomong, pasti spagheti asli Italia sudah ngamuk-ngamuk sambil bilang, "Questo non spaghetti!"

Spagheti Kaki Lima yang Bikin Galau

Konsep "spaghetti" ini memang unik. Pedagangnya mengklaim ini spaghetti karena menggunakan mie panjang dengan tekstur mirip mie spaghetti, tapi bumbu dan cara masaknya jauh dari kata Italia. Kalau dilihat lebih saksama, ini sebenarnya mie nyemek yang mungkin dibumbui dengan rempah-rempah lokal, lengkap dengan kuah kental yang agak pedas dan gurih. Rasanya enak, saya akui. Tapi ini jauh dari spaghetti yang saya bayangkan. Kalau orang Italia tahu ada spaghetti model begini, mungkin mereka langsung buka Change.org untuk melarang modifikasi kuliner Italia di Indonesia. Ya gimana nggak, hakikat spaghetti yang mereka banggakan sudah berubah jadi sesuatu yang bahkan mereka sendiri nggak bakal mengenalnya. Tapi, bagi lidah lokal, ini justru inovasi. Ya, inovasi yang bikin ngakak sekaligus miris.

Orang Italia yang Trauma dan Orang Indonesia yang Cuek

Orang Italia terkenal sangat protektif terhadap kuliner mereka. Spagheti, pizza, lasagna, semuanya punya aturan tak tertulis yang sakral. Bagi mereka, spaghetti itu punya identitas jelas: mie al dente, saus tomat yang segar, keju parmesan, dan tanpa tambahan yang aneh-aneh. Kalau Anda tambahkan tulang-tulangan atau saus yang terlalu kental, orang Italia bisa murka. Mereka mungkin nggak bakal berantem fisik, tapi hati mereka pasti hancur berkeping-keping. Tapi beda cerita kalau di Indonesia. Kita ini bangsa yang kreatif, termasuk dalam urusan modifikasi kuliner. Apa pun yang bisa diolah, ya diolah saja. Mau itu spaghetti, sushi, atau taco, semuanya bisa kita adaptasi sesuai selera lokal. Orang Indonesia cuek saja, yang penting murah, enak, dan kenyang.

Saya menemukan fenomena ini di pinggir jalan sebuah pasar tradisional. Pedagangnya ramah, dan lapaknya sederhana. Dia menggunakan kompor kecil, wajan biasa, dan bahan-bahan yang jauh dari standar restoran. Tapi, di sinilah letak keajaibannya. Dengan alat seadanya, dia mampu menciptakan "spaghetti" yang meski melenceng jauh dari asalnya, tetap digemari. Ketika saya tanya kenapa disebut spaghetti, jawabannya sederhana, "Ya, biar keren aja, Mas. Kalau dibilang mie nyemek, kan nggak menjual." Saya hanya bisa mengangguk sambil mencoba menerima realitas ini. Waktu terbaik menikmati "spaghetti kaki lima" adalah malam hari. Biasanya, pedagang mulai pembeli selepas maghrib. Dengan lampu temaram dan aroma masakan yang menggoda, jajanan ini memang menggugah selera. Apalagi kalau Anda sedang lapar dan tidak punya banyak uang. Spaghetti kaki lima adalah solusi terbaik untuk perut keroncongan.

Karena Lidah Indonesia Suka yang Nyemek-nyemek

Kenapa spagheti kaki lima ini bisa eksis? Jawabannya ada pada selera lokal. Lidah orang Indonesia itu suka yang gurih, pedas, dan berkuah. Spaghetti asli Italia yang "kering" dan minimalis mungkin kurang cocok di sini. Jadi, ketika ada inovasi seperti ini, masyarakat langsung menyambutnya dengan antusias. Tapi tetap saja, saya nggak bisa berhenti membayangkan reaksi orang Italia. Mereka mungkin merasa dikhianati. Kuliner yang mereka anggap sebagai mahakarya berubah jadi sesuatu yang bahkan sulit mereka pahami.

Menerima Inovasi dengan Tawa dan Sedikit Kepedihan

Saya tahu, kuliner itu harus fleksibel dan bisa beradaptasi dengan budaya setempat. Tapi ada saatnya kita juga harus menghargai orisinalitas. Kalau mau spagheti asli, ya belilah di restoran Italia. Jangan berharap banyak pada jajanan kaki lima yang harganya cuma Rp10.000. Toh, "spaghetti" versi kaki lima ini juga punya daya tariknya sendiri. Akhirnya, saya menyadari satu hal: makanan adalah cerminan budaya. Spagheti kaki lima ini mungkin bukan representasi dari Italia, tapi ia adalah simbol kreativitas dan kemampuan adaptasi masyarakat Indonesia. Jadi, kalau orang Italia mau protes, kita cuma bisa bilang, "Maaf ya, ini lidah Indonesia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun